Hi Co.Creators! Acara Co.Creation Week 2022 akhirnya selesai diselenggarakan. Senang banget deh bisa ketemu kalian secara langsung maupun daring meski ada keterbatasan waktu.
Buat kamu yang ketinggalan hadir ataupun nonton Jenius Conference Co.Creation Week 2022, kami siapkan rangkumannya—spesial buat kamu. Yuk, langsung aja disimak.
#1 Potential Recession: Preparation to Survive Future Crisis
Membahas soal kemungkinan adanya resesi tahun depan memang bikin cemas. Namun, kalaupun—amit-amit—terjadi, hal tersebut bisa diakali.
Dipandu oleh Pascalis Iswari (News Anchor Kompas TV) Bersama Anita Ekasari (Digital Banking Acquisition Service & Marketing Head Bank SMBC Indonesia), Prita Ghozie (Principal Consultant & CEO ZAP Finance), dan Adrianto Djokosoetono (Vice President Director PT Blue Bird Tbk.) konferensi ini pun membahas tentang tantangan menghadapi resesi yang mungkin terjadi.
Ibu Anita menyebutkan tiap orang pasti pernah mengalami kecemasan finansial. Dengan hadirnya Jenius Co.Creator dengan berbagai kelas finansial, survei menunjukkan 6 dari 10 Co.Creators punya literasi finansial yang baik. Literasi finansial ini tentu menjadi salah satu bekal menghadapi resesi ataupun krisis.
Baca juga: Cara Mengelola Utang dengan Sehat
Prita Ghozie (Principal Consultant & CEO ZAP Finance) memberikan 3 tips buat menghadapi resesi. Pertama (1) punya cukup uang tunai yang bisa diambil untuk keperluan gak terduga. Kedua (2) mengonsumsi sesuatu dengan bijak dan dipikirkan baik-baik jangan sampai melakukan impulsive buying. Terakhir (3) adalah bagaimana cara mengatur cicilan dengan baik biar kalaupun suku bunga naik, tetap bisa bayar cicilan.
Sejalan dengan pendapat dari Prita Ghozie, Adrianto Djokosoetono (Vice President Director PT Blue Bird Tbk.) pun bilang dalam menghadapi resesi, yang perlu diingat adalah “mengenali diri sendiri”. Hal ini berkorelasi dengan cara mengelola keuangan dan berstategi. Jangan sampai langkah finansial hanya karena ikut-ikutan tanpa tau kapasitas diri.
#2 Balancing Environmental Preservation & Local Economy
Konferensi yang dipandu oleh Shafira Umm (TV Presenter) ini diawali oleh sambutan dari Sandiaga S. Uno, Menteri Ekonomi & Pariwisata RI, mengenai komitmen pemerintah mengembangkan kepariwisataan berkelanjutan dan berkualitas melalui program sustainable tourism development.
Dalam konferensi ini Dr. Frans Teguh, MA., CHE (Senior Advisor to the Minister for Sustainable Development & Conservation) menambahkan bahwa pandemi membuat sektor pariwisata berdampak. Namun, beliau sangat optimis masa pemulihannya akan cepat terjadi melihat berbagai kemajuan yang terjadi saat ini.
Beliau pun menambahkan bahwa pariwisata zaman sekarang bukan hanya soal keindahan seperti zaman dulu yang melingkupi sea, sun, and sand; melainkan pariwisata berbasis pengalaman personal—sustainability, serenity, and spirituality. Ditopang dengan teknologi yang pesat, ia yakin pariwisata akan semakin ramai terlebih desa-desa wisata yang ada di Jawa, Bali, dan pulau lainnya.
Baca juga: Jadi Penduduk Lokal di Italia Berkat Jenius
Dari sektor fashion—tekstil—dalam sustainability, Chitra Subyakto (Founder & Creative Director Sejauh Mata Memandang) berkata sebenarnya sejak dulu Indonesia sudah memakai bahan pakaian yang mudah terurai kalau sudah gak terpakai seperti kebaya. Hanya saja, sekarang industri fast fashion memang lebih murah jika menambah plastik di dalamnya.
Ia pun mengakui industri tempatnya berkecimpung gak ada yang 100% ramah lingkungan—akan tetap ada jejak karbon. Namun, yang perlu dilakukan adalah bertanggung jawab dalam memproduksi kain dengan memilih bahan pakaian yang ramah lingkungan.
Sedikit tips dari Chitra, buat anak muda yang ingin terjun di industri ini adalah mengetahui 3 pilar. Pertama, (1) manusia, yang diberi upah layak dan tempat kerja yang nyaman—dan masih banyak aspek. Kedua (2) alam, yang mana sebuah produksi harus bertanggung jawab; ia sendiri mengilustrasikan circularity dalam proses produksi Sejauh Mata Memandang.
Terakhir (3) adalah teknologi, bagaimana mengoptimalkan poin kedua dan mengajak kerja sama berbagai pihak. Sejauh Mata Memandang menerima pakaian bekas/gak terpakai untuk diolah lagi jadi benang yang dipakai untuk produksi selanjutnya.
Baca juga: Menabung Dolar di Jenius Buat Liburan ke Amerika Serikat
Selanjutnya, Tiza Mafira (Executive Director Indonesia Plastic Bag Diet Movement) memberikan pandangan terkait kebiasaan dan budaya orang Indonesia terhadap kelestarian lingkungan. Baginya, anak muda zaman sekarang sudah lebih aware dengan memakai totebag atau bawa tumbler yang dilakukan dari diri mereka sendiri.
Bahkan, menurutnya Indonesia sudah maju karena sudah menerapkan sistem guna ulang yang dilakukan mbok jamu dan tukang bakso—sebelum digalakkan di luar negeri. Wah, benar juga ya.
Ia pun menyampaikan sedang proses bekerja sama dengan 10 pasar di 6 kota Indonesia biar gak menggunakan kantong plastik. Meski sulit karena harus menggunakan pendekatan sosiologis terkait karakteristik pembelinya yang berbeda dengan di minimarket dan berbagai mal, sudah terlihat sampah plastik berkurang 10-30% lho.
#3 Leveraging Social Media Algorithm
Konferensi ini ditutup dengan keseruan membahas algoritma media sosial yang dipandu oleh Reza Chandika (Presenter) bersama Aulion (Content Creator) & Arief Rakhmadani (Co-CEO Famous Allstars).
Mereka bercerita bahwa algoritma media sosial selalu berubah-ubah dengan rentang waktu yang sebentar. Arief memberi contoh YouTube yang 3 bulan belakangan mendorong audiens menonton YT Shorts atau Instagram yang menge-push Reel.
Aulion pun mengakui inilah tantangan yang dihadapi oleh para content creator, sehingga menurutnya saat membuat konten, diperlukan strategi seperti (1) menjadi autentik, (2) konsisten, dan (3) adjustable dengan tren yang ada.
Baca juga: Perlu Gak sih Detoks Media Sosial?
Dengan menggabungkan 3 pendekatan tersebut jadi konten yang menyenangkan, selain bisa mengakali algoritma medsos yang berubah-ubah, juga akan lebih dikenal self-branding-nya. Kamu bisa lihat konten Aulion yang punya keautentikan tersendiri dengan memadupadankan stop motion dan props yang colorfor. Terakhir, buatlah konten yang gak menyakiti orang lain karena jejak digital bakalan selalu ada.
Arief pun mengingatkan jangan sampai kamu bikin konten hanya karena sedang trending padahal memicu kontroversi. Hal ini bisa berdampak terhadap brand yang ingin kerja sama karena (kebanyakan) brand gak suka kreator yang gimmick dan kontennya berisi prank maupun kontroversial.
Ia memberi pesan untuk para kreator bahwa (1) siapa pun kreator pasti punya dampak—baik positif maupun negatif; (2) punya massa untuk menginformasikan sesuatu—terlepas apakah benar atau salah; dan (3) bisa meng-influence seseorang melakukan sesuatu. So, be wise.
Baca juga: Cara Hidup SLOW ala Kungkang
Nah, itu tadi 3 tema dari Jenius Conference yang ada di Co.Creation Week 2022. Legit, seru, dan daging banget; right? Semoga tahun depan bakal lebih seru, lebih inspiring, dan bisa kamu ikuti lagi.
See you next year, Co.Creators!
Comments ( 0 )