Wah, jadi terinspirasi bikin x-Card buat bokap sama adik nih…
Pernah gak sih ngerasa bimbang akan pilihan mau ambil beasiswa di luar negeri atau tetap bekerja? Aku ngalamin hal itu tahun lalu. Di satu sisi, meski beasiswa yang ditawarkan bukanlah jenjang pendidikan tinggi kayak S-2 melainkan beasiswa belajar bahasa, aku ngerasa passion-ku ada di sana karena impianku memang jadi guru bahasa. Sementara itu, di keluargaku aku selalu punya keinginan bantu-bantu kasih tambahan dana, apalagi aku satu-satunya anak yang belum menikah di antara dua saudaraku. Dan yang gak pernah kusangka, kegamanganku sirna karena hadirnya Jenius SMBC Indonesia di hidupku.
Kalau saat itu aku ditanya galau atau gak, tentu saja iya. Soalnya kalau pilih beasiswa, aku mesti ke Seoul, terus gak bisa kasih tambahan dana ke keluargaku. Kalau aku gak ambil, perjuanganku untuk mendapatkan beasiswa belajar bahasa Korea di tempatnya langsung terasa sia-sia dan rasanya mengkhianati impianku. Namun, gak ada yang mungkin kalau kita tetap berusaha, kan? Di saat-saat galau inilah cerita Jenius-ku yang paling Jenius dimulai.
View this post on Instagram
Aku yang Suka Boros Beli Camilan
Aku memakai Jenius sudah lebih dari 2 tahun. Pertama kali pakai tuh karena dikomporin teman-teman kantorku yang sudah duluan pakai, sampai-sampai kami yang malah cari mbak-mbak Jenius di Mal Ambassador, haha! Setelah akunku aktif dan kartu debit Jenius ada di tangan, aku langsung kepo ke https://jenius.com buat cari tau fitur-fitur Jenius. Makin cespleng saat tau fitur-fiturnya ngebantu banget.
Jenius sudah banyak membantu ketika aku kepingin beli gadget impian, nonton konser Super Junior, bahkan traveling. Pasti kamu tau fitur apa yang kupakai. Yup, aku pakai Dream Saver! No doubt-lah ya kalau fitur ini ngebantu kita semua meraih “impian”. Apalagi di kondisi aku yang suka boros beli makanan. Yup, aku tuh suka banget ngemil. Hal ini sudah kayak guilty pleasure-ku. Makanya, aku cemas dengan kebiasaanku ini kalau ambil beasiswa bahasa nanti. Bukan cuma masalah gak bantu tambah keuangan keluarga lagi, tapi lebih ke arah…
“Apakah aku bisa mengelola keuanganku dengan baik di sana?”
“Meski nanti dapat uang saku, apakah bisa cukup hidup dengan uang itu?”
“Gimana caranya mengerem beli camilan di Seoul? Waktu traveling ke sana aja aku banyak ngabisin uang buat makan makanan enak, gimana kalau menetap di sana?”
Tiga pertanyaan itulah yang sering mampir di pikiranku. Selama ini, aku kan terbantu banget dengan fitur-fitur Jenius yang aplikatif sama hidupku yang—ehem—agak boros. Jenius sudah kayak teman setia yang bisa mengerem pengeluaranku, yaitu dengan aku yang selalu menaruh gajiku di Flexi Saver biar Saldo Aktif gak terpampang nyata paripurna gitu lho. Nah, kalau di negara orang, apa aku bisa mengerem pengeluaranku ini? Soalnya aku mesti pakai rekening bank yang ada di sana. Galau…!
Habisnya, aku kan telanjur dimanjain sama Jenius. Asli, mana ada bank lain yang punya fitur kayak Flexi Saver, Dream Saver, Maxi Saver, 3 x-Card, e-Card, Cashtag… duh, gak ada habisnya kalau mention fitur-fitur bombastis Jenius! Gimana dong nih?
Restu Orang Tua Bawa Berkah
Namun, tentu saja aku gak mau kelamaan galau karena deadline konfirmasi makin dekat. Aku pun ngobrol serius sama ibuku soal beasiswa ini lewat telepon. Ternyata beliau ngerestuin aku untuk ambil beasiswa. Namun, aku tetap ngerasa bimbang.
Gak disangka, tiba-tiba teman kantorku mengirimkan pesan padaku dan bilang, “Niar, kamu mau bantu menerjemahkan dari bahasa Korea ke bahasa Indonesia gak? Lumayan nih fee-nya.”
Rezeki memang sudah ada yang atur, ya. Pekerjaan freelance itu yang buat aku yakin untuk segera resign. Aku pun membalas e-mail beasiswa untuk mengonfirmasi secara langsung. Rezekinya lagi nih, pekerjaan itu selalu membayarku tiap Senin dengan rekening bank lain ke rekening Jenius-ku. Lumayan, bisa untung Rp6.500,- karena Reward! Bisa buat jajan cilok kalau balik ke Muntilan, hehe. Aku pun mulai menabung, sampai akhirnya resign dan kembali ke Muntilan. Aku pun makin deg-degan untuk terbang ke Seoul demi memperdalam bahasa dan budaya Korea Selatan!
Harus Menunggu
Namun, ternyata keberangkatanku mesti di-pending, sementara aku sendiri sudah telanjur resign. Maka aku cari cara untuk tetap bisa mengisi pemasukan tambahan selain freelance: menerima ajakan temanku mengajar bahasa Korea di tempatnya. Meski tadinya aku takut banget gak bisa kasih nafkah ke keluarga, tapi ternyata ada aja rezeki yang lewat dengan aku mengajar dan menerjemahkan.
Selagi menunggu, aku tetap menabung di Flexi Saver. Aku pilih Flexi Saver tentu karena fleksibel banget—bisa diambil kapan pun! Selagi di Muntilan, aku sekalian tuh ngajarin ibuku biar gak terlalu gaptek soal bayar ini-itu dengan Jenius. Aku ngajarin ibuku sebenarnya karena teringat fitur-fitur yang ada di Jenius. Lho, memang ada hubungannya?
Jadi, aku berasumsi nanti kalau aku di Seoul nanti, aku bakalan tetap bekerja sebagai penerjemah lepas yang honornya masuk ke rekening Jenius-ku. Dengan adanya 3 x-Card yang sudah aku bikin sebelum resign, memungkinkan aku buat kasih salah satunya ke Ibu dan satunya lagi buat kakakku (buat jaga-jaga kalau ada apa-apa). Satunya lagi? Buat aku di Seoul nanti. Setelah berpikir masak-masak, aku memutuskan kalau Ibu gak perlu bikin rekening karena takut beliau lalai meski aku tau banget keamanan Jenius berlapis. Aku memutuskan kasih Ibu salah satu x-Card punyaku.
Aku pun jadi yakin dengan keputusanku ambil beasiswa ini. Tadinya kan galau gundah merana karena takut gak berkontribusi buat kelangsungan keluarga tercintaku ini—apalagi aku cuma punya Ibu sebagai orang tua. Gimana aku gak sayang sama Jenius, coba? Jenius sudah bikin life finance-ku terbantu. Beasiswanya bisa kuambil, dan tetap bantu tambah-tambah keuangan Ibu…! Simpler life, happier you!
Seoul, Aku Datang!
Keberangkatanku ke Seoul tuh Februari 2020, yang mana saat itu COVID-19 sudah mulai merebak. Aku sempat deg-degan saat melakukan penerbangan dari Jogjakarta ke Jakarta untuk transit. Waktu transit, teman-temanku datang buat melepasku lho. Terharu banget, apalagi ada yang kasih ceramah singkat soal aku yang suka boros beli camilan, hehe. Tau aja nih kelemahanku…
Sampai di Seoul, ternyata social distancing tuh sudah digalakkan. Lalu aku juga sampat ada waktu luang yang aku manfaatin. Selain menerjemahkan, aku juga jalan-jalan. Senang banget karena bisa relaks gak dituntut itinerary kayak waktu traveling. Aku juga berkenalan dengan teman-teman dari belahan dunia lain. Aku sempat sekamar dengan kawan dari Iran, punya sahabat dekat dari Jepang dan Rusia pula. Bahkan juga berkenalan dengan teman-teman penerima beasiswa S-2 di Seoul. Tapi jangan ngebayangin enaknya terus karena kami melaksanakan online class kayak kelas-kelas di Jenius Co.Create, hehe.
Social Distancing, Hobi Makan, dan Belanja
Sampai sekarang aku di Seoul, surprise banget cash flow-ku tergolong aman! Jadi, aku kan dapat uang saku untuk living cost, dan memang dengan rekening bank Korea Selatan. Namun, terus terang pas-pasan banget. Aku mesti pandai berhemat dengan uang saku yang kumiliki.
Di sisi lain, kadang aku kepingin banget kasih reward ke diriku sendiri dengan makan makanan enak—sama kayak waktu di Jakarta dulu—karena sudah belajar sekaligus bekerja. Tiap orang kan punya coping stress yang berbeda, nah kalau aku tuh dengan makan. Ditambah lagi karena di Seoul menerapkan social distancing dan restoran masih buka, jadinya godaan buat makan tuh sering muncul. Namun, kalau pakai uang saku beasiswa, bakalan boros. Dan di sinilah okenya Jenius—yang mana kayaknya semua teman Jenius dan Co.Creators sudah tau: aku bisa pakai m-Card yang kadang sudah aku connect ke kurs Won. Jadi aku sering banget makan di restoran dan bayar pakai kartu debit Jenius. Bukan cuma soal makan, kadang aku pun berbelanja baju pakai kartu sakti ini. By the way, meski suka ngemil berat badanku turun lho selama di Seoul hihi.
3 Flexi Saver & Moneytory
Adanya tambahan dua pos di fitur Flexi Saver bikin aku gampang mengalokasikan budget! Jadi, tiap dapat honor freelance, aku bisa ngebagi jadi tiga pos: Dana Darurat, Dana Jaga-Jaga (biasanya buat belanja pribadi), dan Jatah Ibu (yang sering aku kirim ke saldo x-Card ungu yang dipegang ibuku). Bukan cuma fitur itu aja sih, soalnya semua fitur yang ada di Jenius tuh saling berkaitan ngebantu keuanganku.
Enaknya, segala sesuatu di luar “uang saku”-ku tuh terpampang jelas di Moneytory. Jadi aku bisa dengan gampang tau di mana pos-pos pengeluaranku. Makanya aku jadi lebih melek sama cash flow, apalagi selama ini kan aku mageran banget dalam mencatat cash flow. Senang banget pakai Jenius. Doakan aku belajar khidmat sampai Februari tahun depan, ya.
Penutup dan… Sedikit Tips!
Intinya, dengan Jenius life finance aku dan keluargaku jadi gampang dikelola. Aku ada beberapa tips kalau kamu punya keadaan yang mirip-mirip kayak aku alias lagi di negeri orang tapi pengin bantu-bantu keluarga:
- Kombinasi x-Card dan satu pos di Flexi Saver. Aku menggunakan satu x-Card untuk orang terkasih. Karena aku—uhuk!—single, orang tersayang itu tentu ibuku. Kapan pun Ibu butuh, langsung bisa aku transfer ke x-Card tersebut, yang tentunya diambil dari kantong Flexi Saver bernama “Jatah Ibu”.
- Kalau kamu freelance, pastikan honornya di Jenius. Bukan cuma bisa transfer ke keluarga di Indonesia, tapi jadi simpanan kalau pengin jajan di tempat kamu belajar. Pembelian kurs mata uang asing di aplikasi Jenius yang cucmey ini memungkinkan aku belanja kalau lagi lapar mata (yang pastinya gak di-cover sama uang saku beasiswa).
- Moneytory is a key. Kamu bisa tau pengeluaran apa saja di luar living cost yang di-cover sama uang saku tadi.
Begitulah kehidupanku yang terbantu dengan Jenius! Duh, panjang juga cerita Jenius-ku ini. Semoga berfaedah dan menginspirasi! Dan… selamat ulang tahun keempat ya, Jenius. Love you!
Comments ( 2 )