Pengalaman Kak Yuni sama kayak aku >.< pertama kali ke Singapur: kaget + kagum sama tata kotanya dan serba salah bawa uang tunai ahahaha
Sebelum pandemi, Singapura selalu jadi negara yang kukunjungi tiap tahun. Entah kenapa aku selalu berkeinginan untuk liburan ke sana.
Pada dasarnya aku memang suka jalan-jalan. Dan kalau ditanya kenapa Singapura, mungkin karena bertetangga dengan Indonesia, jadi “ongkos” ke sana sering dapat promo dan masih affordable.
Belum lagi Negeri Singa itu termasuk negara maju, punya kuliner enak, plus sering ada diskon barang branded… makin jatuh cinta deh sama negara ini.
Baca juga: Salju Hokkaido & Keajaiban Kartu Debit Jenius
Pengalaman pertama yang berkesan: kebanyakan bawa uang tunai!
Pertama kali aku menginjakkan kaki di Singapura tuh sekitar tahun 2016 bareng sahabat-sahabatku.
Karena jadi pengalaman pertama ke luar negeri, aku cukup heboh mempersiapkan segalanya. Mulai dari colokan konverter, pakaian, sampai menukar Rupiah ke Dolar Singapura di money changer.
Selain itu, para sahabatku tuh bukan tipe yang suka menyusun rencana saat liburan, jadilah aku kelimpungan bikin itinerary dan memperkirakan berapa banyak cash yang kubawa. Jujur, momok kehabisan uang tunai di negara orang bikin aku cemas.
Meski terdengar lebai, kan amit-amit kalau gak bisa balik ke Indonesia. Sampai akhirnya hari keberangkatan pun tiba!
Saat sampai, first impression-ku terhadap negara ini tuh… gokil sih tata kotanya yang tertata rapi banget, bahkan orang-orangnya juga tertib. Di benakku Singapura tuh kayak SCBD (Sudirman Central Business District) dijadikan negara dan lebih luas.
Kalau suasana dan panasnya sih memang mirip-mirip Jakarta, apalagi saat itu juga terik banget. Bahkan, beberapa sudut juga mengingatkanku dengan suasana di area Jakarta Pusat—apalagi Chinatown! Meski enak banget JJS—jalan-jalan sore—di Singapura, nyatanya bikin kulit bisa gosong juga. Sunscreen mana sunscreen?
Aktivitas kami pun cukup padat dalam 3 hari: jalan-jalan dan kulineran di Chinatown, atau area Bugis, shopping di Orchard, sampai manis manja menikmati alam di Central Catchment Nature Reserve—bahkan masih sempat makan cantik di sekitar Marina Bay Sands kala malam—seafood-nya the best banget.
Pengalaman pertamaku ke Singapura bareng para sahabat sangatlah membekas. Rasanya kami jadi makin terasa dekat. Aku pun memutuskan bakal ke sana lagi—entah bareng teman atau sendirian..
Nah, pas balik ke Jakarta, barulah kenyataan menamparku. Baru ketahuan aku masih mengantongi uang tunai sekitar 100 SGD—atau sekitar lebih dari Rp1 juta.
Di satu sisi kan aku berencana liburan ke sana, maka bisa saja kusimpan Dolar Singapura-nya; tapi di sisi lain uang segitu kan bisa buat dana darurat.
Akhirnya kuputuskan untuk menjual uang tunai tersebut meski mengalami “sedikit kerugian” karena kursnya lagi gak bagus saat itu.
Baca juga: Jadi Penduduk Lokal di Italia Berkat Jenius
Serbasalah dalam membawa uang tunai
Setelah itu, aku beberapa kali ke Singapura. Dan masih sama seperti yang pertama, aku selalu ribet dengan apa yang mesti kubawa—terutama berapa total uang tunai yang harus kubawa.
Berbeda dengan pengalaman sebelumnya, kali ini aku kehabisan uang cash. Duh, bawa banyak salah, bawa sedikit juga salah. Benar-benar serbasalah!
Aku bahkan sampai meminjam uang tunai temanku, terus sempat mengambil uang tunai di ATM. Maklum ya, saat itu aku belum pakai Jenius. Modalku cuma kartu debit dan kartu kredit konvensional.
Aplikasi Jenius: memudahkan orang untuk traveling
Pada tahun 2018, aku “diracuni” temanku untuk bikin akun Jenius. Terus terang kehidupan finansialku cukup terbantu dengan berbagai fitur yang ada di aplikasi Jenius. Namun, aku belum kepikiran untuk memakainya buat traveling. (Anyway, aku pernah sharing cerita Jenius-ku di sini, lho: Aku, Beasiswa Bahasa, dan Jenius BTPN.)
Saat itu ada twit viral yang bilang bisa pakai kartu debit Jenius buat naik MRT di Singapura. Dalam hati, aku bertanya-tanya, apa benar m-Card Jenius secanggih itu? Namun, ketika bertanya sama teman kantorku yang memang sering kutanya soal serba-serbi Jenius, dia pun mengiakan.
Gak lama dari situ, aku berkesempatan dinas luar negeri ke Singapura. Wah, sekalian deh kujajal fitur ini! Meskipun sudah punya EZ-Link (kartu transportasi Singapura), aku tetap mau coba! Lagi pula, aku kan belum isi saldo EZ-Link, hehe.
Dan ternyata benar dong… bisa dipakai! Aku sempat kepo ternyata memang kartu debit Jenius ini pakai teknologi contactless (dulu namanya payWave)—dan bisa dipakai di negara lain kayak Hong Kong, Inggris, Prancis, dan lain sebagainya. (Sayangnya aku belum punya kesempatan ke negara-negara itu, hihi, doakan ya.)
Sayang banget, aku pergi ke Singapura untuk dinas alias pekerjaan. Kartu debit Jenius ini amat membantu ketika aku kehabisan cash—yang berasal dari uang saku kantor—dan berkeinginan beli sesuatu di Changi Airport.
Yang jelas pastikan Saldo Aktif kamu ada nominalnya, ya. Gak bohong, kursnya juga bersahabat banget! Gara-gara ini keimpulsifan aku belanja oleh-oleh buat diri sendiri pun terpenuhi tanpa harus amsyong tarik tunai.
Baca juga: Langkah Kecil untuk Bangkit Setelah Terkena Layoff
Healing dadakan ke Singapura
Aku sangat bersemangat saat tau bisa jual beli Mata Uang Asing di aplikasi Jenius—ada Dolar Singapura pula. Dan bukan cuma mata uang Singapura, ada Yen alias mata uang Jepang juga!
Berbekal pengalaman “kehabisan” dan “kekurangan” uang tunai, aku menabung Dolar Singapura dan Yen ketika gajian atau mendapat bayaran freelance.
Ada saatnya aku punya keinginan “kabur” dari Jakarta untuk lepas penat karena kesibukan. Niatnya mau ke Bali atau perjalanan domestik lainnya, tapi entah kenapa promo pulang-pergi ke Singapura sering kali jauh lebih murah.
Tanpa pikir panjang, langsung beli tiket ke Singapura—mengingat pasporku masih lama masa berlakunya. Sempat sih tebersit rasa takut solo traveling, akan tetapi menurutku bakalan aman-aman saja asal semua disiapkan dengan matang.
Tabungan Dolar Singapura-ku juga lumayan—jadi gak perlu pusing memikirkan mau bawa berapa uang tunai.
Dan… terjadilah. Aku pergi ke Singapura secara dadakan berbekal tiket promo dan kartu debit Jenius yang sakti.
“Gaya banget healing-nya ke Singapura,” kata seorang teman. Dia gak tau aja aku sudah menyiapkan budget dan ke sana memang lebih murah ketimbang ke Bali saat itu.
Dan… itulah cerita Jenius-ku liburan ke Singapura. Satu yang kusayangkan, kenapa gak dari dulu sih Jenius hadir di hidupku? Pasti bakal lebih simpel deh kalau mau traveling.
Baca juga: Kira-Kira Kamu Tipe Kungkang Kayak Gimana, ya?
FYI, aku juga pakai Jenius untuk mengatur finansialku saat sekolah bahasa di Korea Selatan. Semoga soon bisa beli mata uang Won di Jenius!
Plus, sesering itu ke Singapura, aku belum pernah ke Universal Studio Singapore! Semoga soon bisa main ke sana ya!
Comments ( 2 )