Singapura enaknya belanjaaaa, tapi kadang mesti tau diri (tau isi dompet) haha. Seru yaa di-treat kayak diva xD
Hi Co.Creators! Masih ingat gak sama kuis berhadiah jalan-jalan ke Singapura yang ada di media sosial Jenius (@jeniusconnect)? Nah, perkenalkan, aku salah satu pemenangnya. Salam kenal ya…! Di sini aku mau bercerita tentang pengalamanku jalan-jalan bareng Jenius ke Singapura!
Pergi ke Singapura bareng Jenius was definitely one of my most memorable moment this year. Gak cuma pergi jalan-jalan gratisnya, di perjalanan ini aku bertemu orang-orang yang lagi-lagi memang meant to come in my life.
Ditambah lagi makanan selama perjalanan enak-enak and I got to experience the most wholesome life experience in my whole life. Maklum, biasanya travelling ala budget, jadi gak bisa merasakan travelling at ease. Harus full on-guard dan harus disiplin sama diri sendiri.
Perks 1: Feels like a diva
Hal yang gak pernah aku alami selain waktu travelling bareng Jenius adalah: melewati border imigrasi di bandara Soekarno-Hatta tanpa antre! I’ve never feel like an idol (diva) in my whole life and that was the first. It felt so good to pass through the border and skip the exhausting long queue.
Pada hari keberangkatan, pihak Jenius meminta kami, para peserta, untuk datang ke bandara pukul 4 pagi. Pesertanya saat itu adalah 4 pemenang, 2 dari Twitter dan 2 dari Instagram. Ditambah dengan kakak-kakak Jenius, yaitu Kak Buchi, Kak Odi, dan Kak David. Ada juga kakak-kakak media yang berjumlah 3 orang serta 1 travel buddy dari Whatravel: Kak Nugie.
Begitu bertemu Kak Nugie, beliau langsung minta paspor dan memberikan sejumlah merch, termasuk luggage tag dari Jenius.
Awalnya kupikir kami akan masuk border satu per satu seperti yang biasa aku lakukan. Namun, begitu semua datang Kak Nugie mengumpulkan paspor kami dan bilang kami gak perlu antre di border. Nah, kebetulan kami berangkat bareng rombongan umroh yang banyak banget. Awalnya kebayang kalau harus bersabar antre but I’ve never thought it was that easy.
Baca juga: Dari 20.000 Rupiah Hingga ke Korea Selatan
Gak ngerti gimana caranya, kami gak harus antre bareng rombongan umroh dan langsung pass through imigrasi. Udah kayak seleb Korea atau VIP banget deh! Sebagai orang yang gak pernah dapet treatment istimewa, hal itu merupakan hal kecil yang berharga selama hidupku.
Bukan cuma itu, bahkan aku gak perlu repot naik transportasi publik karena selama di Singapura 4 hari 3 malam kami naik mobil van.
Ada salah satu hari di mana kami full naik publik transportasi untuk memanfaatkan fitur contactless Jenius. Hanya saja karena kami rombongan, hal tersebut gak efektif untuk mobilisasi. Oh anyway, seperti yang sudah kujelaskan di banyak post sebelum ini kartu debit (dan juga kartu kredit) Jenius adalah visa contactless international. Jadi pasti bisa dipakai untuk naik kendaraan umum di mana pun selama menerima pembayaran contactless Visa/ MasterCard.
Perks 2: Everything is free
Jenius sungguh royal dan meng-arrange perjalanan ini dengan rapi dan nyaman. Bagian terbaiknya adalah semua gratis! Bahkan kami dapat uang saku. Padahal urusan perut dan tidur sudah ditanggung Jenius. This is when I feel beyond blessed!
Dimulai dari pas kami menunggu boarding, semua orang digiring untuk sarapan di Djournal Coffee. Karena gak terlalu lapar, aku cuma pesan minuman. Yang penting ada gula untuk mengisi energi pagi hari. Semua gratis dan dibayar oleh Jenius.
Padahal aku siap dompet juga kalau misal harus bayar sendiri. Tiket pesawat juga gratis, waktu itu kami terbang naik AirAsia jam 6 pagi.
Baca juga: Pengalaman Jenius Liburan ke Singapura
Usut punya usut salah satu peserta perjalanan yang kebetulan berasal dari kota yang sama kayak aku, Malang, juga sudah punya banyak pengalaman menang hadiah jalan-jalan begini.
Compared to others who gave her traveling experience, she said that Jenius is super cool and super organized in everything. Cath, si peserta ini cerita kalau hadiah yang dia menangkan pas jalan-jalan di Hong Kong dulu malah gak jelas dan gak ada travel buddy dari pemberi hadiah lomba. Jadi peserta dilepas dan pengalamannya cukup chaotic waktu itu.
While everything was taken care so meticulously by Jenius Connect. Kudos deh buat kakak-kakak Jenius soal ini.
Perks 3: Got to eat a lot of delicious food!
I got to eat a lot of delicious food thanks to Jenius! Sebagai orang yang suka makan, tentu yang dibahas paling utama adalah makanan dan aku gak akan segan bilang makanan itu worth to praise.
Begitu landing di Singapura, kami diberikan waktu untuk foto-foto di Jewel. Kebetulan temanku ada yang nitip plushie Eevee di Pokemon Center, jadi aku sempatkan untuk pergi ke sana.
Aku sudah pernah foto di Jewel jadi memang gak terlalu ingin menghabiskan waktu buat foto-foto Jewelnya. Kalaupun ketinggalan foto-foto, I can always come back to Singapore meski harus disadari sekarang tiket ke Singapura karena mihil, berbeda dengan zaman sebelum pandemi.
Setelah cukup puas foto-foto dan bikin konten, kami digiring untuk makan siang di restoran fancy di dekat Jewel: El Fuego. Untuk menunya sendiri sudah ditanyakan sejak kami masih di Indonesia beberapa hari sebelum keberangkatan.
Nah, inilah yang kumaksud betapa organized-nya perjalanan bareng Jenius. Kami udah ditanya menu yang diinginkan bahkan sebelum kami datang ke restoran. Mantap gak tuh?
Aku agak shock culture lagi, ternyata kami disuguhi fine dining untuk lunch. Menarik dan cukup bikin aku agak caught off guard. Hari itu aku pesan tuna tataki dan chicken breast. Aku sempat mencicipi bebek pesanan Cath, dan enak banget! Kalau ada kesempatan lagi, mungkin aku akan pesan bebek.
Baca juga: Salju Hokkaido & Keajaiban Kartu Debit Jenius
Makanan selanjutnya yang subhanallah enak juga sampai aku kepingin nangis adalah Chicken Rice Mackenzie Rex. Kami mengunjungi restoran ini setelah puas jalan-jalan di Gardens By The Bay dan juga Singapore Landmark Merlion. Mackenzie Rex ini berada di kawasan Prinsep St. Singapore. Pokoknya dekat banget sama Bugis.
On top of that, meskipun dipunyai oleh warga Tionghoa dan judulnya adalah oriental restaurant, restoran ini halal! Jadi, buat kamu yang concern sama makanan halal gak perlu khawatir.
Chicken Rice sendiri merupakan comfort food di Singapura. Chicken Rice yang paling terkenal adalah Hawker Chan, yang sampai kemarin aku belum sempat coba. Tapi setelah makan di Mackenzie kayaknya Hawker Chan is no longer matters to me.
Ayam Mackenzie ini kulitnya super crispy tapi dagingnya juicy, well-seasoned dan definitely one is never enough. Nasinya juga bukan nasi biasa, tapi seperti nasi hainan alias ada aromanya.
Aku gak bisa definisikan nasi aroma itu seperti apa karena kalau dibandingkan dengan nasi uduk rasanya sudah beda juga. Yang jelas nasi aroma ini supergurih dan cocok disajikan sama ayam goreng mackenzie ini.
Kata warga lokal Singapura, kebetulan si fotografer, ayam mackenzie memang salah satu restoran chicken rice halal populer dan terenak di Singapura. Apalagi kalau makan nasi ayamnya pakai sambal khas restoran. Udah deh, intinya si bapak yang punya restoran ini pahalanya banyak karena bikin orang bahagia abis makan di tempatnya.
Makanan selanjutnya yang enak banget dan harus banget diketahui oleh dunia adalah 3 Meals A Day. Nah kalau yang ini aku beli sendiri, tapi karena dikasih uang saku sama Jenius ya hitungannya tetap dibayarin sama Jenius, hehe.
3 Meals A Day ini ada di mal yang kalau di Malang tuh mirip kayak Dieng Plaza, kalau di Jakarta mirip ITC Mangga Dua. Isi malnya jualan elektronik dan komputer. Tempatnya pun sebetulnya agak nyempil jadi susah dicari di Google Maps.
Restorannya kecil, usaha keluarga gitu deh. Yang dijual adalah chicken rice dengan salted egg dan butter rice. Yang perlu jadi catatan, selain menyediakan chicken, mereka juga jualan pork. Buat kalian yang mempertimbangkan soal ini, aku gak merekomendasikan ya—berbeda dengan aku yang oke-oke saja selama gak makan pork.
Baca juga: Serba-serbi Italia Bareng Jenius: Mulai Dari Nabung, sampai Makan Piza Kayu Bakar
Back to topic, hari itu aku beli salted egg chicken rice dengan teh tarik. Selama ini kukira rasa ini paling enak jatuh pada tempat makan yang ada di Jakarta, eh ternyata nothing comparable to 3 Meals A Day.
Saus salted egg-nya tuh creamy banget—gak ada tandingannya! Porsi ayam gorengnya sebetulnya lebih sedikit daripada yang biasa kumakan di Indonesia, tapi mereka gak overcooked.
Ayamnya digoreng dengan pas dengan tepung yang pas pula. Ayamnya betulan sampai golden gitu, lho.
Ditambah lagi aunty penjualnya sungguh baik hati! Beliau care dan tanya feedback dari pembeli bahkan mencegahku untuk terjebak dalam kubangan makanan nonhalal. Kami bahkan foto bareng.
Sudah makanannya enak, service-nya pun top notch. Gak heran warga lokal juga suka makan di sini yang bikin restorannya ini ramai meski kecil.
Lalu ada juga makanan yang sempat ke-skip. Makanan ini dimakan pada hari kedua, yaitu Lixin Fish Ball di Food Opera ION Mall Orchard. Lixin Fish Ball ini juga sudah pernah direviu oleh Ria SW—food vlogger, tapi aku malah tau dari sesama peserta jalan-jalan Jenius ini.
Cath juga kasih tau aku informasi yang cukup penting dan selama ini gak aku ketahui: kalau mau indent meja di food court, all we need to do is just leaving our tumblr or tissue pack. Dengan demikian, gak bakal ada yang ambil meja kamu, mungkin kecuali turis Indonesia yang gak paham customs ini.
Anyway, pas lihat menu di Lixin, aku justru tertarik dengan sama menu yang bukan fish ball. Namun saat pesan, aunty-nya lagi-lagi mengingatkanku kalau aku cuma bisa makan menu fish ball. Ternyata menu selain itu nonhalal.
Baca juga: Jadi Penduduk Lokal di Italia Berkat Jenius
Akhirnya aku pun memesan fish ball dengan mi goreng pedas. Dan… wow…! Beneran enak! Lixin bukan makanan yang bikin aku nangis saking enaknya kayak 3 Meals A Day atau Mackenzie, tapi tetap aja mi goreng pedas ini melesat jadi comfort food kalau balik ke Singapura lagi—biar opsinya bukan cuma Nando’s atau Shake Shack doang.
Mi pedas Lixin ini gak seperti mi setan atau gacoan, pedasnya pun gak sepedas yang kuharapkan. Lebih berasa kayak mi yang diberi minyak cabai dan sambal sehingga terasa gurih, asem, pedas, juga sedikit manis. Pokoknya semua cocok dan jadi umami dalam satu suapan.
Fish ball-nya sendiri gak terlalu istimewa meski memang sangat lembut dengan rasa ikan yang lebih light. Singkat kata, kayak bakso ikan biasa dengan sup yang gurih dan segar. Makanya, jadi cocok dimakan sama mi goreng pedas. Recommended buat kamu yang gak terlalu mempertimbangkan halal food yah.
Selain itu ada juga makanan enak di Tiong Bahru Bakery. Nah yang ini jadi salah satu destinasi dari perjalanan bareng Jenius ini. Kalau dipikir-pikir, sampai sekarang aku menyesal karena batal beli Kouign Amann Tiong Bahru Bakery. Dan masih merasa kesal karena aunty-nya salah denger pesanan aku.
Tiong Bahru Bakery yang kami kunjungi di perjalanan ini adalah originalnya yang terletak di sekitar Pasar Tiong Bahru. Kami berangkat pada hari ketiga dan kali ini pakai transportasi umum. FYI, sepanjang perjalanan kami pakai travel, jadi basically hidup lebih mudah karena ke mana-mana kami naik mobil, bukan naik transportasi umum.
Kami sampai di Tiong Bahru Bakery sekitar pukul 10 siang dan ternyata sudah sangat ramai. Gak kaleng-kaleng deh itinerary perjalanan ke Singapura bersama Jenius!
Tiong Bahru memang populer di kalangan warlok karena berdiri selama beberapa dekade dan mengembangkan bisnisnya di berbagai daerah di Singapura. Bahkan mereka punya cabang di Orchard. Makanya, aku menyesal gak menyempatkan diri untuk beli Kouign Amann sebelum pulang ke Indonesia padahal tinggal jalan aja di Orchard.
Baca juga: Kesaktian Kartu Debit Jenius saat Dinas ke London
Hari itu, aku pesan (suppose to be) Kouign Amann, tapi malah disalahartikan sebagai Croissant. Aku juga pesan pastry dengan isian scrambled egg dan salmon. Aku gak komplain sih, soalnya croissant-nya enak, jadi kesalahan si aunty dimaafkan.
Pastry berisi scrambled egg dan salmon juga enak banget. Namun, Kouign Amann-nya yang bikin susah move on. Ketika balik ke Jakarta, aku merasa ada lubang besar di hatiku karena gak ada Kouign Amann yang rasanya menandingi Kouign Amann Tiong Bahru Bakery.
Rasanya tuh manis, gurih, crispy, buttery… enak banget pokoknya! Susah dideskripsikan saking enaknya. Aku pernah coba Kouign Amann di Jakarta, but not even close. Duh!
Selain Kouign Amann yang enak banget, Tiong Bahru Bakery gak terlalu affordable alias harganya cukup mahal. Ya memang ada harga ada rupa sih. Selain itu bakery ini nonhalal. Jadi, lagi-lagi aku gak merekomendasi kamu datang ke sini buat yang mempermasalahkan halal dan nonhalal.
Mungkin terakhir dari catatan makanan enak yang kumakan di Singapura bersama Jenius (meskipun kalau diterusin list-nya masih panjang) adalah minuman, yaitu Mr. Coconut.
Mr. Coconut ini merupakan rekomendasi dari Kak Jess (@thegirlwhobites) Kak Jess. Ia adalah kamus makanan berjalan yang mana sering traveling dan makan di tempat-tempat yang enak.
Sebagai orang yang gak terlalu suka kelapa, Mr. Coconut mengubahku jadi orang yang suka kelapa! Soalnya Mr. Coconut ini jadi perkecualian.
Baca juga: Remittance: Cara Jenius Kirim & Terima Mata Uang Asing
Saat direkomendasikan Mr. Coconut, aku penasaran dan awalnya gak punya ekspektasi tinggi. Di benakku, minuman kelapa ya rasanya sama aja. Bulir kelapanya juga gitu-gitu aja.
Namun, Mr. Coconut mengubah semua ekspektasi sederhana itu. Mr. Coconut ini merupakan blended milk drink kayak slushie berbahan dasar kelapa. Yang bikin aku suka adalah perpaduan rasa kelapa dan creamy-nya tuh pas: gak manis sampai giung tapi juga bukan cuma terasa kelapa doang.
Intinya minuman ini tuh perfectly balanced! Sumpah! Ice blend-nya juga gak yang kebanyakan es; gak cair dan nggak solid tapi esnya masih bisa disedot sampai tetes terakhir. Bulir kelapanya juga gak kaleng-kaleng dengan bulir lembut. Intinya kamu masih bisa mengunyah rasa kelapa dari bulir kelapa itu dan merasakan betapa creamy minumannya. Pokoknya kamu harus coba Mr. Coconut dan buktikan sendiri!
Mungkin itu dulu ya ceritaku jalan-jalan bareng Jenius ke Singapura! Soalnya gak cukup banget dengan satu postingan blog. Sampai ketemu minggu depan karena aku bakal share bagian keduanya.
Kalau kamu punya cerita seru tentang pengalaman ke Singapura bareng Jenius, yuk share di sini!
Comments ( 6 )