Bener banget, di Otaru rata-rata mesti pake cash, bahkan di toko oleh-oleh kayak LeTAO yang jual cokelat khas Otaru dan music box. Jadi kangen Hokkaido! 😀
Sebelum pandemi, rasanya traveling jadi jadi salah satu opsi untuk melepas penat. Nyaris semua postingan teman-temanku di Instagram memamerkan diri mereka di destinasi liburan favorit: mejeng di depan Menara Eiffel, sarapan sambil menonton balon udara di Kapadokia, healing di Bali, atau foto-foto di kuil Fushimi Inari, Jepang.
Destinasi Liburan Favorit
Sebagai seseorang yang sangat tertarik dengan budaya dan kuliner Negeri Sakura, Jepang jadi salah satu destinasi traveling impianku. Aku masih ingat ketika ngobrol dengan salah seorang temanku di mal selepas jam kerja untuk menyusun rencana liburan ke Jepang bareng.
Buat orang yang gampang berkeringat, aku gak mau pergi saat musim panas. Musim semi sekilas terdengar menarik, tapi aku takut timing liburanku gak sesuai jadwal mekarnya bunga sakura. Setelah pikir panjang, kami memilih pergi di musim dingin dengan alasan bisa main salju!
Padahal kalau dipikir-pikir, liburan pas musim dingin tuh ngerepotin. Mulai dari harus bawa pakaian tebal, sampai banyaknya destinasi liburan yang gak buka. Masuk akal sih, siapa juga yang mau mendaki gunung di tengah badai salju?
Baca juga: Pengalaman Jenius Liburan ke Singapura
Perjalanan menabung
Setelah semua tiket pesawat dan hotel dibeli, kami punya waktu beberapa bulan untuk mempersiapkan diri—dan budget—buat liburan.
Temanku, yang kebetulan sudah pernah pergi ke Jepang, menyarankan supaya aku mulai nabung yen di Jenius. Awalnya aku gak beli banyak, tapi lama-lama jadi kebiasaan untuk mengecek kurs yen di Jenius setiap hari, dan mencicil beli kalau kursnya lagi bagus. Buat aku yang malas bolak-balik ke money changer, to be honest fitur ini berguna banget.
Meski demikian, aku tetap bawa cash. Bagaimanapun, Jepang merupakan negara yang masih menggunakan uang cash buat transaksi. Jadilah aku mencicil nabung yen pakai aplikasi Jenius, juga menukar rupiahku dengan yen di money changer terdekat. Sebenarnya kurs di aplikasi Jenius bisa dijadikan patokan harga beli yen di money manager karena biasanya mirip-mirip.
Gak terasa, akhirnya waktu keberangkatan pun tiba. Baju hangat, check. Paspor, check. Visa, check. Uang cash dalam bentuk yen, check. Tentunya gak ketinggalan kartu debit Jenius dan kartu kredit buat jaga-jaga. Tujuan kami satu: Hokkaido—pulau di bagian utara Jepang yang katanya cantik banget dikunjungi saat musim dingin.
Salju: indah dipandang, sulit dipijak, dan ternyata basah
Aku dan temanku girang banget ketika sampai di Hokkaido dan melihat salju untuk pertama kalinya—bahkan sejak ngeliat salju dari jendela di Bandara New Chitose.
Aku paling suka lihat salju yang menumpuk di atap rumah warga dan pepohonan. Cantik banget—dan terasa magical. Jadi iri deh sama orang Jepang. Andai Indonesia turun salju juga, ya…
Namun, periode “jatuh cinta” ini cuma berlangsung selama kurang lebih satu jam, sampai kami harus beranjak ke penginapan. Saat itulah kami sadar kami salah kostum. Kami gak lupa pakai baju hangat kok… dan masalahnya memang bukan itu!
Jadi, di jalan-jalan besar, salju yang menumpuk disingkirkan ke pedestrian supaya mobil bisa lewat. Nah, bagi kami yang gak terbiasa menapak salju, serta harus menyeret koper… wah, ini sungguh cobaan!
Kaki kami jeblos ke dalam salju setinggi 30 sentimeter tiap kali menapak. Dan jujur, koper kami terasa seolah 2 kali lipat lebih berat dalam kondisi tersebut. Belum lagi jalan menuju penginapannya adalah jalan menanjak. Ketika kami sampai di penginapan, tubuhku sudah bersimbah keringat. Gak bohong, berkeringat saat musim dingin!
Oh iya, aku merasa bodoh banget setelah bermain salju berjam-jam dan segera masuk ke toilet umum yang dilengkapi penghangat ruangan. Seketika, tubuhku basah kuyup. Butiran-butiran salju yang menempel di rambut dan bajuku langsung meleleh. Aku masih ingat temanku yang tertawa saat aku bilang—dengan nada serius: “Ternyata salju tuh basah, ya.”
Baca juga: Jadi Penduduk Lokal di Italia Berkat Jenius
Penyesalan selalu datang terlambat
Dengan berbagai pengalaman tersebut, kami tetap bahagia kok pergi ke Jepang saat musim dingin. Perjalanan antara bandara sampai penginapannya memang cobaan besar, tapi kami sama sekali gak menyesal.
Hanya dalam waktu 2 hari, galeri fotoku penuh dengan foto-foto salju yang cantik. Kami juga jajan terus-terusan: sarapan onigiri dari konbini, ngemil es krim, makan di restoran, dan nongkrong di bar Jepang.
Tanpa sadar, uang yang kubawa untuk berbelanja menipis. Kayaknya aku kebanyakan belanja oleh-oleh saat mampir di Otaru. Kotanya cantik banget, tapi nyaris semua toko oleh-oleh yang kukunjungi hanya menerima pembayaran cash.
Aku menghitung uang kembalian setelah makan di restoran, dan langsung panik begitu tau uangku tersisa 2.000 yen untuk 3 hari. Sekali makan saja bisa hampir 1.000 yen. Belum lagi ongkos transportasi. Gawat banget kalau aku gak punya uang untuk ke bandara di hari terakhir liburan.
Kartu debit Jenius sang penyelamat
Pada saat itulah aku ingat aku masih menyimpan yen di aplikasi Jenius! Dengan segera aku cari mesin ATM bertuliskan VISA di konbini terdekat, memasukkan m-Card, memilih moda bahasa Indonesia, lalu menarik uang dari tabunganku.
Gak kebayang rasanya kalau aku gak pernah nabung yen di Jenius. Siapa sangka, sebuah langkah kecil yang aku ambil berbulan-bulan yang lalu—menabung mata uang asing di aplikasi Jenius—ternyata bisa menjadi penyelamat!
Setelah merasa lega karena gak jadi bangkrut di negeri sakura, aku memutuskan untuk membeli minuman di konbini itu. Iseng-iseng, aku coba saja bayar menggunakan kartu debit Jenius, dan ternyata juga bisa!
Oh iya, waktu membayar aku gak perlu gesek kartunya lagi. Cukup aku tempelkan kartu debit Jenius-ku ke mesin EDC, lalu pembayarannya terproses karena mesinnya sudah mendukung pembayaran contactless. Praktis banget, pokoknya!
Kalau tau begini, harusnya aku menyimpan uangku lebih banyak di Jenius. Apalagi karena aplikasi Jenius memiliki berlapis keamanan, sehingga aman dipakai traveling ke luar negeri. Ngeri juga soalnya kalau berangkat dari Indonesia bawa uang cash yang banyak.
Baca juga: Sehelai Demi Sehelai (Cerpen karya Rheza Aditya)
Dan begitulah cerita liburanku ke Hokkaido, Jepang, bersama Jenius. Buat teman-teman yang berencana liburan ke luar negeri lagi, m-Card Jenius sudah pasti menjadi salah satu barang wajib yang harus dibawa.
Jangan lupa juga menabung mata uang asing di aplikasi Jenius kalian. Aku sendiri sekarang mulai nabung yen lagi, mumpung kursnya lagi bagus banget! Ingat, sebuah #langkahkecilhariini bisa saja menyelamatkan liburan kalian. Kalian bisa tau dari ceritaku, kan?
Comments ( 2 )