Pengalaman Kak Wedha kayak aku banget. Aku juga pernah deg-degan masalah naik transport ditolak atau nggak. Jadi aku milih naik paling belakang. Biar nggak malu-maluin banget. Hehehe
“Belanja di supermarket, ngopi di kafe, nongkrong di bar, bayar ongkos bus, bayar ongkos underground… semua dengan Jenius!”
April lalu saya berkesempatan menghadiri London Book Fair 2022. Perjalanan ke London ini adalah perjalanan dengan pesawat yang kedua kali sejak pandemi. Sebelumnya, saya sempat pergi ke Dubai pada akhir tahun 2021.
Selama pandemi banyak negara menutup border, selain itu aturan di kantor juga gak memperbolehkan karyawan bepergian ke luar kota untuk menghindari penularan dan penyebaran virus COVID-19.
Karena itulah saya gak bepergian selama 2 tahun. Makanya, ketika hendak pergi lagi saya jadi agak waswas dan lupa berbagai persiapan penting sebelum bepergian. Kondisi pandemi yang belum berakhir dan protokol kesehatan yang ketat juga menambah rasa waswas.
Pada kesempatan ini saya mau berbagi mengenai pengalaman saya bepergian selama dinas ke luar negeri bareng kartu debit Jenius selama berada di London, Inggris.
Ada yang berubah di London
Perjalanan ke London kali ini terasa seperti perjalanan ke luar negeri untuk pertama kalinya. Untungnya, pelonggaran aturan terkait COVID-19 di Inggris membuat perjalanan saya lebih mudah.
Bahkan, pada April lalu saya gak perlu tes PCR sebelum terbang dan gak perlu karantina ketika tiba di Indonesia.
Salah satu persiapan setiap perjalanan yang saya lakukan adalah menukar Rupiah dengan mata uang di negara tujuan alias Poundsterling.
Uang yang saya bawa biasanya berjumlah untuk kebutuhan makan 3 kali sehari, transportasi, serta cadangan untuk darurat. Uang untuk penginapan gak saya siapkan karena biasanya sudah booking sebelum berangkat.
Baca juga: Jadi Penduduk Lokal di Italia Berkat Jenius
Mempertimbangkan akan berada di London selama 9 hari bikin saya menukar lumayan banyak Poundsterling.
Namun, pandemi ternyata mengubah banyak hal; termasuk sistem pembayaran untuk transportasi, restoran, supermarket, kafe, dan sebagainya.
Banyak hal di Inggris yang meminta pelanggan untuk membayar selain dengan uang tunai. Kebetulan uang Poundsterling yang saya bawa juga dalam pecahan yang besar.
Dan nyaris semua restoran tempat saya makan dan supermarket tempat saya berbelanja menolak uang tunai saya.
Kartu debit Jenius: dukung contactless dan bisa dipakai bertransportasi
Hari pertama kedatangan di London, saya perlu naik bus. Di Inggris pembayaran transportasi umum menggunakan kartu yang bernama Oyster.
Sistemnya mirip seperti kartu yang kita pakai untuk membayar Transjakarta, KRL, atau MRT di Jakarta dengan menyimpan deposit di dalam kartu untuk didebet saat melakukan perjalanan tergantung tarif yang berlaku.
Oyster bisa dipakai buat bayar bus, kereta underground, kereta overground, dan kapal di Sungai Thames. Deposit kartu Oyster bisa di mesin-mesin yang ada di stasiun dan toko-toko kelontong.
Namun, gak ada mesin deposit kartu Oyster di setiap halte bus. Jadi sebelum naik bus saya harus memastikan saldo cukup dengan tarif bus.
Nahasnya, ketika harus naik bus, saya lupa berapa sisa saldo kartu Oyster yang saya beli saat kunjungan ke London di tahun 2019 lalu.
Namun, untuk melakukan deposit kartu di stasiun tuh jaraknya terlalu jauh. Pergi ke stasiun untuk top up kartu Oyster bukan pilihan karena boros waktu dan tenaga, lagi pula bus yang akan saya tumpangi sudah kelihatan.
Agak panik saya buka dompet dan mencari-cari kartu kredit atau debit yang kira-kira bisa saya pakai membayar.
Saat membolak-balik kartu mencari kartu kredit yang bisa contactless di dompet saya melihat logo itu justru di kartu Jenius.
Meski belum riset, saya cukup percaya diri kartu ini bisa dipakai karena ada logo seperti gelombang sinyal atau contactless di kartu Jenius yang menandai kartu ini bisa digunakan di mesin pemindai contactless hanya dengan menempelkan di mesin.
Baca juga: Pengalaman Jenius Liburan ke Singapura
Saya ingat pernah membaca di blog seseorang yang memakai kartu Jenius untuk membayar transportasi umum di Singapura.
Sengaja saya naik terakhir dari semua penumpang yang sudah antre di halte bus untuk jaga-jaga kalau kartu saya ditolak saya bisa segera keluar.
Agak deg-degan, saya pun masuk ke bus, lalu menge-scan kartu Jenius di mesin pemindai pembayaran bus.
Terdengarlah bunyi bip yang menandakan transaksi berhasil. Leganya!
Wow, membantu sekali! Pulang ke penginapan saya naik underground dan mencoba membayar dengan Jenius juga berhasil.
Di stasiun, di salah satu mesin penjualan tiket, saya juga menambah deposit kartu Oyster saya dengan debit Jenius.
London yang berbeda: semuanya serba-cashless
Gak sampai di situ, Jenius jadi penyelamat lagi ketika saya berbelanja di supermarket dekat penginapan.
Di konter pembayaran gak ada kasir dengan petugas seperti biasanya yang saya ingat di tahun 2019.
Bahkan mesin pemindai kartu debit/kredit di kasir hanya untuk kartu yang contactless, tanpa pemindai chip yang bisa kita gesek atau masukkan ke mesinnya.
Selain di supermarket dekat penginapan tersebut, di beberapa supermarket lain, kadang hanya ada 1 konter kasir dengan petugas yang melayani pembayaran dengan uang tunai, tapi sering gak ada petugasnya.
Kalaupun ada petugas, mereka menolak jika harus memberi kembalian. Jadi kita harus membayar dengan uang pas.
Ini kembali jadi soal bagi saya karena uang yang saya bawa dari Indonesia dalam pecahan 50 Poundsterling.
Sementara itu, belanja di supermarket hanya menghabiskan 5-7 Pounds. Akhirnya, uang tunai saya gak terpakai untuk berbelanja di supermarket dan lagi-lagi saya menggunakan kartu debit Jenius buat pembayaran.
Ketika makan di restoran ataupun kafe, jarang banget kasir yang menerima uang tunai. Begitu pula di kafe maupun restoran. Hampir gak ada yang menerima uang tunai.
Sebelum menggunakan Jenius saya sudah sering transaksi di luar negeri dengan menggunakan kartu debit dan merasa nyaman. Namun, setelah pandemi dengan kontak dibuat seminimal mungkin, kartu pembayaran contactless jadi kebutuhan. Apalagi kalau kepingin nongkrong di bar.
Saat itu pukul 21.00 di London, saya bersama beberapa teman pulang dari supermarket dan memutuskan untuk ngobrol dan mampir sebentar di bar dekat penginapan.
Kami langsung menuju ke konter bar untuk memesan minuman. Masing-masing dari kami sudah memesan minuman dan langsung diminta membayar. Saya mengeluarkan uang pecahan 50-an Poundsterling dan langsung ditolak.
Padahal total minuman kami lebih dari 20 Pound, tapi tetap saja mereka gak mau menerima pembayaran dengan uang tunai. Jadilah, kartu Jenius saya gunakan lagi.
Saya akan tetap pakai aplikasi Jenius!
Menggunakan kartu Jenius di London menurut saya sangat praktis dan memuaskan. Saya bisa langsung cek transaksi di aplikasi Jenius, selain jumlah uang yang terdebet, juga ada informasi nilai tukar Mata Uang Asing.
Lain kali apabila akan bepergian lagi, saya gak bakalan bawa banyak mata uang asing karena Jenius sangat bisa diandalkan!
Apalagi sebelum pergi ke luar negeri kita sudah bisa menukar mata uang asing di aplikasi Jenius. Sekarang menukar mata uang asing gak harus pergi ke money changer, bayar ojek, tambah mampir jajan yang bikin makin boros. Jenius bikin hidup lebih mudah banget.
Baca juga: Salju Hokkaido & Keajaiban Kartu Debit Jenius
Meskipun saya baru tau kalau sudah ada mata uang Poundsterling setelah pulang dari London, saya akan tetap beli, siapa tau tahun depan dinas ke London lagi! Atau bisa dijual lagi kapan-kapan saat kita butuh atau nilainya lagi tinggi. Iya, kan?
Comments ( 1 )