Setiap kali berhadapan dengan 2 pilihan sulit, kita cenderung mengorbankan salah satunya, atau bahkan justru gak memilih sama sekali. Satu situasi yang kerap terjadi adalah ketika harus memutuskan antara karier atau pendidikan.
Makin pelik lagi jika sudah bersinggungan dengan kepuasan batin. Misal, pilih finansial yang sehat atau hati yang bahagia? Betul, money or enjoyment? Karena setiap orang pasti mendambakan kebahagiaan disertai keuangan yang stabil. Namun, jarang sekali kita diberi kesempatan untuk memiliki keduanya secara bersamaan.
Topik inilah yang dibahas dalam Co.Creation Week 2022 pada hari Minggu (30/10) lalu. Dipandu oleh Tommy Prabowo selaku host, hadir pula 3 narasumber yaitu Handikin Setiawan (Head of Strategy and Business Planning Visa Indonesia), Irwan Tisnabudi (Digital Banking Head Bank SMBC Indonesia), dan Hanifa Ambadar (CEO Female Daily Network).
Sebelum masuk ke topik utama, Handikin Setiawan memberi ulasan sedikit terkait tren perbankan yang mengalami perubahan dari transaksi face-to-face berpindah ke bentuk digital atau yang lebih kita kenal sebagai belanja daring. Secara spesifik, tren ini melonjak selama 2,5 tahun terakhir.
Baca juga: Persiapan Menghadapi Potensi Adanya Resesi
Jawaban serupa disampaikan pula oleh Irwan Tisnabudi yang mengatakan bahwa transaksi digital yang sangat banyak membantu aktivitas finansial, terutama untuk Teman Jenius. “Mereka (orang-orang) jadi gak perlu ke luar rumah, bikin deposito lewat aplikasi, bayar biller lewat aplikasi, dan lain-lain.”
Jika ditarik benang merahnya, aktivitas simpel seperti belanja daring ternyata bisa jadi salah satu bentuk enjoyment untuk sebagian orang; terutama bagi kaum perempuan. Karena bagi mereka, menjaga penampilan dan merawat diri merupakan suatu kesenangan tersendiri.
“Skincare, serum, lipstik justru buat perempuan itu sesuatu enjoyment,” ungkap Hanifa.
Fenomena serupa pun pernah terjadi pada masa Great Depression 1930, ketika pembelian produk kecantikan meningkat drastis dan beauty industry tetap bertahan.
Menyinggung kembali soal transaksi digital yang terjadi di Indonesia, Handikin optimis bahwa tren ini akan tetap terakselerasi. Opini ini pun diperkuat oleh riset yang menunjukkan sekitar 75 persen customer behaviour di Indonesia selama pandemi lebih nyaman bertransaksi menggunakan metode pembayaran nirsentuh (tap-to-pay). Sebab, bukan rahasia lagi metode pembayaran yang aman dan mudah merupakan dambaan tiap orang.
Baca juga: Pengaruh Digital Presence dalam Mengembangkan Bisnis
Fitur inilah yang dimiliki oleh Kartu Debit Jenius, yang mana pengguna gak perlu memberikan kartu dan memasukkan pin saat bertransaksi (dengan jumlah tertentu); cukup sentuh untuk membayar.
Gak sampai di situ, beberapa waktu lalu bahkan sempat viral di media sosial bahwa Kartu Debit Jenius bisa digunakan untuk tap masuk MRT di Singapura. Hal ini dikarenakan teknologi pembayaran nirsentuh yang diimplementasikan pada kartu Jenius itu sendiri.
“Jenius dan SMBC Indonesia adalah penerbit Kartu Debit Visa Contactless pertama di Indonesia,” imbuh Handikin Setiawan.
Diskusi seputar metode pembayaran nontunai ini pun makin seru saat Tommy Prabowo menceletuk perihal mengatur cash flow agar tetap sehat, tapi tetap dibarengi dengan penggunaan kartu kredit. Sebab, sebagian orang di luar sana masih ada yang beranggapan bahwa kartu kredit adalah nama lain dari kartu utang.
“Kartu kredit sebagai kartu utang itu adalah persepsi lama,” ujar Irwan Tisnabudi.
Baca juga: Cara Jenius Jaga Bumi dari Limbah Fesyen
Ditambahkan lagi oleh Irwan, di Jenius segala ketakutan mengenai transaksi kartu kredit yang overspend itu bisa diatasi oleh fitur-fitur berikut.
- Pengguna dapat dengan mudah memonitor aktivitas transaksi kartu kredit lewat aplikasi Jenius.
- Limit kartu kredit dapat diatur sesuka hati untuk menghindari overspend, sehingga gak bakal ada lagi kekhawatiran soal tagihan kartu kredit yang melebihi limit.
- Dari segi keamanan sendiri, pengguna punya pilihan untuk memblokir kartunya secara sementara ataupun permanen kalau ada transaksi yang mencurigakan.
- Dan yang gak kalah menarik, fitur installment yang memperbolehkan penggunanya untuk mengonversi transaksi mereka ke dalam bentuk cicilan. Dengan demikian, pengguna dapat mengatur cash flow mereka lebih baik lagi.
Bisa disimpulkan bahwa kartu kredit sendiri gak ada bedanya dengan kartu debit. Justru eksistensi kartu kredit mempermudah kita dalam meraih atau melakukan enjoyment, tanpa harus mengorbankan banyak hal di awal.
Terlepas dari fitur-fitur di atas, baik Irwan Tisnabudi dan Hanifa Ambadar turut berbagi tips simpel memanfaatkan kartu kredit agar cash flow tetap sehat.
Pertama, dengan mengidentifikasi billing cycle kartu kredit dan mengetahui besaran transaksi yang akan dilakukan. Misal, jika billing cycle kartu kredit jatuh pada tanggal 20 November dan kita memiliki transaksi yang cukup besar dan gak mendesak, maka kita bisa melakukan transaksinya di tanggal 21 November. Langkah ini diterapkan agar transaksi tersebut masuk ke billing cycle bulan berikutnya.
Baca juga: Lokakarya Design Thinking di Co.Creation Week 2022
Kedua, kartu kredit bisa digunakan untuk keperluan yang urgensinya tinggi. Contoh yang diberikan oleh Hanifa adalah melunasi biaya pendidikan anaknya.
“Jadi kalau (transaksi) pakai credit card itu kan memang spending yang wajib. Di satu sisi lagi, kita bisa manage cash flow, terus bisa dapetin point, rewards, dan lain-lain.”
Saat ditanyakan apa saja keistimewaan lain yang membedakan kartu kredit Jenius dengan kartu kredit konvensional lainya, Irwan Tisnabudi menekankan bahwa eksklusivitas itu berada pada segmen kustomisasi dan sekuriti.
“Sejak kita terima kartu kredit Jenius itu, cara aktivasinya pun berbeda,” jawab Irwan. Kartu Kredit Jenius hanya bisa diaktifkan melalui pemindaian kode QR dari ponsel pemilik kartu kredit tersebut. Sementara kartu kredit lain masih mengadaptasi metode yang mana pengguna harus melakukan aktivasi kartu kredit di ATM ataupun menghubungi pihak Contact Centre.
Keistimewaan lain dari segi keamanan, kartu kredit Jenius hanya memiliki 16 digit nomor kartu, tanpa tanggal kedaluwarsa kartu maupun kode CVC. Detail tersebut hanya tersedia di dalam aplikasi Jenius yang mana hanya bisa diakses oleh pemilik kartu kredit tersebut.
Baca juga: Bikin Hobi Main Game Jadi Penghasilan
Terakhir, pengguna bisa sesuka hati menonaktifkan maupun mengaktifkan opsi tarik tunai, transaksi luar negeri, dan sebagainya langsung dari aplikasi Jenius. Bahkan pengguna memiliki kendali penuh atas kartu tambahan yang diterbitkan. “Kita gak perlu khawatir ada penyalahgunaan kartu kredit utama kita ataupun kartu supplementary,” jelas Irwan.
Bicara soal enjoyment, mengatur keuangan pun dapat menjadi sumber kebahagiaan itu sendiri. Alasannya, cash flow yang sehat dan terstruktur sudah pasti membantu kita dalam mendapatkan apa yang membuat kita bahagia.
“Kita harus tau dulu income kita tuh berapa,” kata Hanifa Ambadar. Sehingga, orang lebih mudah dalam mengalokasi dana untuk setiap keperluannya. Hanifa pun berpendapat bahwa gak ada salahnya untuk memiliki income tambahan agar bisa mendukung main income.
Pada dasarnya pengeluaran kita dapat dialokasikan menjadi 3 segmen. Dimulai dari yang paling esensial seperti tempat tinggal, transportasi, sampai belanja bulanan. Kemudian segmen secondary seperti hiburan atau jajan. Lalu yang gak kalah penting adalah ketersediaan dana untuk investasi.
“Make sure semua yang kita spend setiap bulan itu sesuai, jangan sampai spend-nya lebih banyak daripada apa yang kita hasilkan,” tutur Hanifa.
Baca juga: Algoritma Media Sosial: Haruskah Diikuti Biar Viral?
Hanifa Ambadar juga mengimbau untuk tetap menyediakan dana darurat. Tanpa kita sadari salah satu penyebab cash flow jadi kacau adalah hal-hal yang bersifat darurat dan gak terprediksi. Salah satu contohnya, kendaraan mendadak rusak, musibah, dan berbagai kemungkinan lainnya.
Irwan Tisnabudi mendukung opini ini dengan menjelaskan fitur Dream Saver yang dimiliki oleh Jenius. Segala situasi mendadak yang sifatnya emergency bisa ditanggulangi kalau dana tersebut dialokasikan ke dalam bentuk tabungan. Di samping untuk berjaga-jaga, kita juga bisa menarik dana tersebut kapan pun dibutuhkan.
Sebagai penutup, Tommy Prabowo kembali bertanya kepada masing-masing narasumber terkait topik utama yang mereka diskusikan: money or enjoyment?
Uniknya, jawaban yang disampaikan pun beragam. Hanifa Ambadar mengaku gak mau memisahkan keduanya dengan berkata, “Kalau aku bakal ganti or-nya jadi and aja. Money and enjoyment.”
Sama halnya dengan Irwan Tisnabudi yang berpendapat, ”It has to be a balance”. Orang membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Di sisi lain, apabila orang gak punya enjoyment, maka orang gak termotivasi untuk mencari uang lebih banyak lagi. Hierarkinya adalah, money and enjoyment harus berjalan bersamaan tanpa perlu memilih satu di antara yang lain.
Satu yang perlu digarisbawahi adalah: uang dan kesenangan sebenarnya gak harus jadi pilihan. Seperti yang disampaikan oleh Handikin Setiawan di akhir acara, “Untuk mendapatkan enjoyment yang maksimal, kita membutuhkan balance. Sementara untuk mengelola money, kita harus bertindak smart.”
Comments ( 0 )