Secara umum manusia memiliki beberapa fase dalam kehidupan, yaitu fase sebagai fresh graduate, fase mencari aktualisasi diri, fase persiapan pensiun, dan fase nonproduktif (pensiun). Saat berada dalam fase sebagai fresh graduate, kamu cenderung punya pandangan untuk banyak belajar, mengamati sekeliling, bekerja keras, serta mendapat penghasilan. Visi saat itu biasanya masih fokus pada jangka waktu pendek, yaitu bagaimana bisa membeli sesuatu yang diimpikan. Memasuki usia karier, di atas 5 tahun orang akan cenderung lebih dalam bertanya, apakah apa yang dilakukan memberikan kepuasan, kebanggan, dan kebahagiaan. Sehingga mulai memperjuangkan lompatan karier apa yang bisa dilakukan atau memutuskan berpindah haluan sebelum terlambat, atau melakukan transisi karier.
Fase berikutnya adalah persiapan pensiun yang biasanya akan dimulai pada usia 40 tahun. Menjelang 15 tahun memasuki masa pensiun, orang cenderung mempertahankan apa yang sudah dimiliki. Maka dari itu, keputusan yang diambil dalam fase sebelumnya tidak boleh salah. Untuk fase terakhir adalah fase nonproduktif (pensiun). Dalam fase ini gak banyak yang bisa diusahakan. Fase ini adalah hasil dari puluhan tahun yang kita lewati. Di sini tugasmu hanya mensyukuri dan menjaga apa yang telah ada demi mempertahankan kehidupan.
Baca juga: They Talk About: Obrolan Cewek Bukan Sekadar Gosip!
Perlu diingat bahwa dalam setiap fase kita harus mengambil langkah bijak karena dampaknya akan kamu rasakan pada masa nonproduktif saat tua. Nah, mari membahas salah satu fase esensial dalam perjalanan karier, yaitu fase aktualisasi diri. Dalam fase ini banyak hal yang bisa terjadi, dan menjadi penentu kesuksesan kamu karena biasanya terjadi dalam masa quarter life crisis di mana seseorang mengalami kehampaan dan merasa belum mencapai hal-hal terbaik dalam hidupnya. Bersamaan dengan itu peristiwa penting dalam hidup akan terjadi seperti berumah tangga, memiliki anak, atau belum juga memiliki anak setelah sekian tahun menikah.
Peristiwa dalam quarter life crisis bakal memengaruhi keputusan penting dalam hidup. Misalnya penambahan anggota keluarga bakalan menambah beban finansial, sehingga seseorang akan memutar otak untuk mencari penghasilan yang lebih besar. Transisi karier bisa menjadi pilihan. Ada hal-hal yang terkait transisi karier:
- perpindahan lokasi kerja atau berganti posisi,
- kenaikan pangkat,
- loncatan karier melalui pindah perusahaan, dan
- membuka usaha sendiri.
Baca juga: Kamu Masih Berdagang atau Sudah Berbisnis? Berikut Bedanya!
Kebanyakan orang gak punya kesempatan atau gak mau ambil pilihan nomor 1 sampai nomor 3, maka akan mengambil pilihan nomor 4: membuka usaha sendiri. Hal itu memang gak masalah, tapi sering kali persepsi awal yang dimiliki salah sehingga persiapan yang dilakukan gak tepat dan bikin rencana masa depan berantakan. Alasan yang banyak terdengar adalah merasa gak puas dengan kehidupan yang diperoleh selama ini, bekerja dengan aturan ketat dari jam 8-5 sore, sehingga banyak mengorbankan hal-hal yang ingin dilakukan.
Seseorang yang ingin melakukan transisi karier dari karyawan yang menerima kepastian penghasilan setiap bulannya, menjadi seorang usahawan yang mengusahakan sendiri penghasilannya, haruslah memiliki modal persiapan yang matang. Apa saja hal-hal itu?
Baca juga: Viral Marketing ala Kriwil Indonesia
1. Cari Mentor
Perjuangkan apa yang menjadi passion. Meski baru bertemu mentor di usia yang gak lagi muda, dengan memilikinya, wawasan bakal lebih kaya, dan menambah insight akan pengalaman dari orang yang pernah menjalaninya, sehingga kamu bisa belajar dari kesalahan masa lalu orang lain, serta mengambil kayanya informasi yang dimiliki.
2. Mulai dengan Sesuatu yang Kamu Ketahui
Masih seputar belajar, bersiap menuju karir yang berbeda artinya memulai dari 0, memulai sesuatu yang belum pernah kita alami sebelumnya, sehingga tidak bisa dilakukan secara mendadak tanpa perencanaan. Pilih hal yang sudah pernah kiat ketahui sebelumnya, rencanakan proses belajar tentang acar berbisnis, saluran penjualan, dan banyak hal yang belum pernah kita lakukan sebelumnya. Memulai sesuatu dengan hal yang kita sudah ketahui sebelumnya akan meringankan beban tersebut. Ingat, kamu gak bakal sukses sebagai seorang pengusaha hanya karena sebuah ide karena itu hanyalah tahapan awal. Riset dan pengetahuan adalah modal penting.
Baca juga: Tips Menembus Market Global
3. Mulai dengan Sesuatu yang Kamu Mampu
Masih seputar belajar, bersiap menuju karier yang berbeda artinya memulai dari nol, memulai sesuatu yang belum pernah kamu alami sebelumnya, sehingga gak bisa dilakukan secara mendadak tanpa perencanaan. Pilih hal yang sudah pernah kamu ketahui sebelumnya, rencanakan proses belajar tentang acar berbisnis, channel penjualan, dan banyak hal yang belum pernah kamu lakukan sebelumnya. Memulai sesuatu juga gak selalu harus membutuhkan materi yang banyak atau padat modal. Mulai dulu dengan kemampuan materi yang dimiliki dan jangan memaksakan diri. Misalnya, jual jasa melalui media sosial atau berbisnis dengan model penjualan dropship. Jangan lupa, pisahskan juga antara keuangan pribadi dan bisnismu dengan Bisniskit dari Jenius.
4. Lakukan Financial Checkup
Financial checkup bakal kasih kamu gambaran utuh tentang bagaimana sesuatu bisa dijalankan. Apakah dana darurat mencukupi? Apakah kebutuhan utama jangka pendek bisa tercapai? Atau masihkan ada kewajiban yang menjadi hambatan? Hasil financial checkup bisa menjadi dasar keputusan saat awal memulai, misalnya ketika tau bahwa dana darurat belum mencukupi, maka mungkin saja keputusan resign harus ditahan, bertahan lebih lama dalam pekerjaan dan gak melepaskan sampai posisi keuangan lebih aman.
Baca juga: Dukung Bisnis Lokal? Intip Usaha Milik Co.Creators, Yuk!
5. Punya Dana Darurat sebagai Jaring Pengaman
Akan sangat mungkin kalau saat masa awal berpindah peran dari karyawan jadi pengusaha, keuangan pribadi akan memburuk dengan adanya waktu lama kamu gak berpenghasilan. Lantas, bagaimana bisa bertahan hidup dan perbesar dana darurat? Maksimalkan dana darurat menjadi 12 kali pendapatan bulanan sebagai karyawan. Di samping itu, latih diri untuk membentuk standar hidup yang gak terlalu tinggi. Hal-hal ini dilakukan sebagai persiapan kalau-kalau kamu bakal gak berpenghasilan, maka dana darurat bisa jadi pengaman agar kamu bisa bertahan hidup dan menahan diri dengan standar hidup yang umum. Tentu saja hal ini bakal memudahkanmu dalam masa yang gak menentu, kan?
6. Jangan Ciptakan Utang Konsumtif
Ingat, kamu bakal terlebih dulu melewati masa-masa gak menentu. Jangan menambah beban keuangan dengan membeli sesuatu yang gak terlalu penting atau gak produktif. Bayangkan penghasilanmu saat awal merintis bisnis akan sangat mungkin jauh lebih kecil daripada gaji saat jadi karyawan. Bukan cuma itu, biaya operasional rumah tangga harus tetap berjalan. Nah, kalau sebelumnya menambah cicilan konsumtif, dana darurat kamu tentu bakal lebih cepat menipis.
Baca juga: Cerita di Balik KROMA: Kafe Bernuansa Rumah
Itu tadi beberapa hal yang perlu dilakukan saat kamu ingin transisi dari karier ke berbisnis. Apa pun pilihanmu, lakukan apa yang jadi passion-mu dan jalani dengan persiapan penuh. Persiapan penuh gak cuma berdasar asumsi dan perasaan karena rencanamu harus didasari dengan data. Pokoknya, #LakukanDenganCaramu lakukan dengan Jenius!
Comments ( 0 )