Pada hari Sabtu tanggal 29 November 2022 lalu, saya mengikuti lokakarya bertajuk design thinking yang diselenggarakan oleh Jenius Co.Create yang bekerjasama dengan Semesta Akademi—“Human Centered Innovation: Balancing Process With Design Thinking”.
Acara ini terselenggara sebagai bagian dari rangkaian creative workshops yang diadakan dalam rangka Jenius Co.Creation Week 2022 dengan tema FuturEase. Lokakarya ini mengundang Andika Amri sebagai mentor. Beliau merupakan Product Manager di iGrow Resources Indonesia.
Sebenarnya saya tau event ini dari salah satu Instagram Ads. Saya tertarik dengan konten workshop-nya karena memang kepingin tau bagaimana design thinking dalam praktik.
Meski secara teori dapat ditemukan secara online, masih kurang terbayang bagaimana praktiknya secara offline. Apalagi salah satu rintangan saya dalam mencoba mempraktikkannya adalah bagaimana dapat melakukan briefing kepada subjek-subjek desain, apalagi banyak sekali lingo dalam metode ini yang cukup asing khususnya kepada subyek-subyek yang adalah orang-orang Indonesia pada umumnya. Jadi ingin mengetahui juga bagaimana proses ini “di-Indonesia-kan” dan dapat dijelaskan dengan bahasa yang lebih mudah dipahami.
Baca juga: Cara Jenius Jaga Bumi dari Limbah Fesyen
Saya datang kepagian ke GoWork Coworking Space yang merupakan venue lokakarya hari itu, dan sebelum acara dimulai, saya melakukan registrasi ulang di tempat yang telah disediakan. Setelah itu, saya diberikan stiker name tag, gelang tanda masuk Co.Creation Week 2022, beserta goodie box dari Jenius.
Di ruang di mana workshop diadakan, saya bisa melihat ada 2 row meja panjang lengkap dengan beberapa alat dan bahan untuk keperluan workshop nantinya: beberapa kertas HVS, spidol, pita kain, gunting, dan worksheets.
Acara ini dibuka dengan kata sambutan dari UI/UX Lead Jenius, Mega Cynthia Tanjaya dan MC dari Semesta Akademi, yang turut juga mempromosikan produk terbaru dari Jenius, yaitu Kartu Kredit Jenius.
Setelah itu, Andika sebagai mentor memperkenalkan dirinya secara singkat dan mengajak kami bermain sebelum workshop untuk ice breaking dan saling mengenal satu sama lain. Permainannya adalah berdiri secara berurutan secara abjad, baik dari nama kami, judul film kesukaan, dan judul lagu kesukaan. Kemudian dari perkenalan tersebut, Andika membagi para peserta jadi berpasang-pasangan, yang mana tiap pasangan ini akan saling mewawancara dan mendesain untuk satu sama lain. Saya berpasangan dengan Karin yang kebetulan adalah UX Writer di Jenius. Setelah itu kami duduk berdasarkan pasangan workshopnya.
Masuk ke acara inti, Andika memulai workshop dengan berbicara mengenai apa itu “kreativitas”. Lalu kami ditantang saling menggambar muka pasangan masing-masing. Andika menjelaskan bahwa kreativitas ≠ kemampuan menggambar, dan lebih berhubungan dengan kemampuan memecahkan masalah dan memberikan solusi.
Kreativitas gak datang begitu saja; hal tersebut datang melalui proses. Kemudian beliau memperlihatkan bagaimana proses kreatif dalam diagram cara kerja design thinking, yang dimulai dari berempati dengan subjek desain (empathize), menentukan sudut pandang (define), ideation, membuat prototipe, dan menguji. Dalam proses ini, empati adalah kunci utama kesuksesannya.
Setelah briefing, kami langsung diberi tugas praktik, yaitu “Mendesain Dompet yang Ideal”. Alur tugas praktik tersebut dijalankan sesuai yang dijelaskan di diagram sebelumnya, tapi kami juga dipandu dengan arahan dari Andika dan lembar worksheets yang dibagikan.
Baca juga: Menerawang Masa Depan Sampah Plastik di Indonesia
Tugas praktik ini melibatkan wawancara dengan pasangan yang banyak, karena tiap fase dalam proses ini diperlukan validasi dari subjek desain untuk mengetahui apakah fakta-fakta yang ditemukan dan terdefinisikan oleh desainer itu benar dan sesuai pemikiran subjek desain.
Agar berlangsung lancar dan efisien, tiap fase dalam proses design thinking yang kami praktikkan untuk tugas ini diberi waktu. Hasil akhir dari tugas praktik ini, kami membuat prototipe desain dompet ideal dari pasangan kami dengan bahan-bahan yang sudah disiapkan.
Yang menarik dari acara workshop ini adalah bagaimana masing-masing dari kami mendefinisikan “dompet yang ideal” berbeda satu sama lain; bahkan definisi dan kegunaan dari “dompet” itu sendiri.
Dompet ideal menurut saya adalah suatu lembar kartu yang berguna untuk semua kebutuhan baik sebagai alat pembayaran berbagai macam transaksi, ATM, KTP, bahkan PeduliLindungi.
Sementara itu, bagi partner saya dompet ideal adalah dompet fisik dengan kompartemen yang lebih terstruktur dari dompet yang sekarang, mempunyai material yang lebih mampu menjaga ketahanan kartu agar gak patah, juga ada kompartemen yang mempermudah transaksi seperti pembayaran transportasi komuter. Tentunya karena masing-masing dari kami mempunyai kebiasaan-kebiasaaan dan preferensi tersendiri.
Baca juga: Aktivitas Bareng Jenius selama Berada di Luar Negeri Ala Co.Creators
Yang saya sukai dari workshop ini adalah saya jadi mempelajari bagaimana mengadakan lokakarya design thinking dengan mudah dan terstruktur, serta bagaimana agar workshop ini dapat diadakan dalam waktu yang cukup singkat. Dan yang terpenting adalah bagaimana dapat meng-engage para peserta yang merupakan subyek dari workshop, karena walaupun ada beberapa pegangan di internet yang memang mengajarkan untuk ice breaking sebelum workshop agar para peserta lebih terbuka dan luwes, tapi secara praktik masih terasa kurang terbayang. Untungnya hal tersebut diajarkan di workshop kali ini.
Terima kasih untuk Jenius Co.Create, Semesta Akademi, dan Andika! Acaranya seru!
Comments ( 0 )