“Perkembangan digital yang kian cepat memberikan kesempatan bisnis untuk ikut berkembang bila dimanfaatkan dengan baik.”
Setelah sukses menggelar acara Jenius FutureEase Fest secara hybrid di Plaza Indonesia Jakarta, masih dalam rangkaian Co.Creation Week 2022 Jenius menghadirkan Jenius Online Talk berjudul “Business Innovation within the Digital Presence” pada Selasa, 1 November 2022 pukul 19.00-20.00 WIB via Zoom.

Sumber: Jenius Co.Create
Acara dimulai dengan sharing dari Digital Banking Acquisition Lead Bank SMBC Indonesia, Ramano Loranto, mengenai semangat kokreasi di Jenius yang selalu mengikutsertakan Co.Creators, sebutan bagi komunitas pengguna Jenius, dalam proses pengembangan Jenius. Selanjutnya, peserta dikenalkan dengan beberapa inovasi Jenius pada tahun 2022, seperti fitur Reksa Dana, Foreign Currency, dan Kartu Kredit.
Jenius Online Talk kali ini dipandu oleh News Anchor SEA Today Karina Soerjanatamihardja dengan narasumber Muhamad Ridho dari Klamby dan Anugrah Pakerti dari AVO Innovation Technology.
Klamby adalah brand fesyen lokal yang baru-baru ini berpartisipasi di London Fashion Week 2022 dan menjadi modest fashion brand pertama yang tampil di event internasional tersebut.
Baca juga: Bikin Hobi Main Game Jadi Penghasilan
Sementara itu, AVO Innovation Technology merupakan perusahaan yang bergerak di industri kecantikan yang terkenal dengan salah satu brand-nya yaitu Avoskin. Keduanya merupakan brand lokal yang berhasil dikenal masyarakat lokal dan internasional.
Ridho bercerita bahwa industri fashion dipengaruhi oleh teknologi, mulai dari produksi pakaian hingga marketing dan penjualan. Pada proses produksi, saat ini ada teknologi sustainable digital printing yang ramah lingkungan.

Sumber: Jenius Co.Create
Saat ditanya mengenai seberapa besar pengaruh penjualan berkat media sosial, ia menyampaikan ada pertumbuhan penjualan yang signifikan hingga 100% atau bahkan sampai 3 kali lipat saat pertama kali e-commerce mulai populer. Ridho menambahkan saat ini masih ada growth meski gak signifikan.
Anugrah menyampaikan bahwa media sosial dapat digunakan untuk berinteraksi dengan konsumen. Menurutnya, media sosial perusahaan dapat dimanfaatkan untuk mengumpulkan feedback yang nantinya bisa digunakan untuk pengembangan dan inovasi produk yang akan datang.
Saat ditanya oleh Karina mengenai cara mendapatkan traction melalui media sosial, Anugrah bercerita tentang perusahaannya yang sudah memulai memanfaatkan Twitter dan Instagram pada tahun 2014.
Baca juga: Online Dating: Yay or Nay?
Saat itu misinya jelas: untuk melawan produk kecantikan yang gak aman dan gak punya izin BPOM, yang tentu berbahaya bagi banyak orang. Menurutnya, traction dari media sosial sangat terasa pada tahun 2018 dan mencapai puncaknya di 2020-2021 karena masyarakat “terpaksa” menggunakan platform tersebut juga e-commerce selama pandemi.
Selanjutnya pada sesi tanya jawab, topik pertama membahas mengenai kerja sama dengan influencer. Ridho menceritakan pengalamannya bekerja sama dengan influencer, yang mana kini gak langsung berdampak secara langsung pada penjualan.
Kerja sama dengan influencer lebih bertujuan untuk membangun awareness, misalnya agar konsumen tau mengenai produk yang baru diluncurkan. Sementara itu, untuk mega influencer lebih bertujuan untuk branding.
Anugrah menambahkan dirinya lebih mengutamakan customer influencer dibandingkan influencer karena kini siapa pun punya kesempatan yang sama untuk tampil di laman FYP (for your page, TikTok).
Baca juga: Belajar Menumbuhkan Self-love
Apabila perusahaan memutuskan untuk bekerja sama dengan influencer, maka perlu diperhitungkan budget yang akan dikeluarkan. Kemudian, pastikan influencer yang diajak kerja sama memiliki value dan culture yang sesuai dengan value yang dimiliki brand. Hal ini agar hasilnya organik dan gak hard selling. Lalu, tentukan juga tipe kerja sama baik itu unpaid maupun paid endorsement.
Topik kedua di sesi tanya jawab membahas pertanyaan dari salah satu peserta, “Apakah conventional marketing masih relevan?”
Ridho berpendapat conventional marketing masih relevan digunakan di masa kini, tapi mesti dikombinasikan dengan digital marketing.
Contohnya pemasangan iklan di billboard untuk membangun awareness konsumen. Gak berhenti sampai situ, iklan billboard tersebut bisa dibuat konten di media sosial sehingga memiliki kesempatan viral.
Baca juga: Ikut Jenius Conference untuk Melangkah Menuju Masa Depan Mudah
Anugrah pun sependapat dengan Ridho; perusahaan miliknya juga masih memanfaatkan conventional marketing seperti stiker iklan di belakang kendaraan, mengadakan offline event, hingga membagikan brosur.
Menurutnya, conventional marketing seperti penempatan iklan di belakang kendaraan dapat menjadi salah satu alternatif untuk menjangkau konsumen yang mungkin sibuk seharian di luar rumah dan belum sempat membuka media sosial.
Lewat Online Talk ini, Jenius Co.Create sukses membagikan insight bagi para peserta, khususnya mereka yang memiliki bisnis dalam memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan bisnis.
Lewat sharing pengalaman 2 narasumber yang telah sukses membawa brand-nya hingga dikenal luas baik nasional dan internasional, peserta dapat mempelajari cara digitalisasi bisnis dan juga strategi bisnis yang cocok dengan masing-masing bisnis.
Comments ( 0 )