Tugasnya adalah mengelola pemasaran digital untuk saluran iklan berbayar dan konten organik. belajar pemasaran media sosial https://jayjay.co/social-media-ads di situs ini untuk lebih jelasnya! Sepanjang karirnya, Aji telah membantu meningkatkan kinerja akun klien, memperoleh total 20.000 pelanggan organik di Senka dan SHVR, mengelola 10 kata kunci situs web Truemoney, situs ini adalah semua detailnya!
“Bagaimana sih biar twitku ini bisa viral?”
“Apa sih rumus agar video TikTok yang diunggah bisa masuk FYP?”
“Konten kayak apa yang harus aku bikin agar bisa trending YouTube?”
Mungkin pertanyaan-pertanyaan di atas pernah terlintas di benak kita semua. Meskipun aku bukanlah content creator, tetap saja kadang sempat kepikiran hal tersebut.
Baca juga: Menerawang Masa Depan Sampah Plastik di Indonesia
Kadang aku pun bertanya-tanya, kenapa konten A bisa viral padahal isinya prank yang sama sekali jauh dari kata “mendidik”. Hiburan? Gak juga. Justru konten si B yang sarat edukasi yang malah gak muncul atau mencuat jadi trending.
Nah, konferensi terakhir yang dihelat oleh Co.Creation Week 2022 bakal bahas secara lengkap mengenai pertanyaan-pertanyaan di atas dengan tema “Leveraging Social Media Algorithm”.
Dipandu oleh Reza Chandika (Presenter), pembahasan mengenai media sosial; khususnya algoritma platform tersebut, dibahas seru dan asyik bersama Aulion (Content Creator) & Arief Rahmadani (Co-CEO Famous Allstars).
Saat bermain media sosial, menurut Reza, biasanya punya kecenderungan untuk curhat, berbagi inspirasi, dan mencari “cuan”. Bagaimanapun, 3 hal ini tentu dipengaruhi oleh algoritma platform media sosial yang dimainkan, yang mana bisa berimbas jadi tren atau viral.
Baca juga: Bikin Hobi Main Game Jadi Penghasilan
Hal ini yang bikin banyak orang berlomba-lomba membuat konten agar viral—yang mungkin diiming-imingi dengan kata “bisa terkenal”. Namun, algoritma media sosial bukanlah hal yang punya pakem sama dalam waktu lama. Menurut Aulion dan Arief, justru algoritma media sosial selalu berubah.
Arief memaparkan dengan lugas contohnya: (1) YouTube yang kini fokus mendorong penggunanya melihat YouTube Shorts, dan (2) Instagram yang mendorong pemakainya menonton Reels ketimbang Instagram Story. Ini bisa dibilang merupakan “transformasi algoritma media sosial”, yang mana tentu merupakan kebutuhan dari platform tersebut, bukan kebutuhan pengguna.
Transformasi inilah yang menjadi challenge tersendiri untuk para content creator.
Baca juga: Pengaruh Digital Presence dalam Mengembangkan Bisnis
“Stay relevant tetap penting, tapi harus tetap bijak, mana tren yang bisa ditonton semua orang, yang bermanfaat. Jagan pilih tren yang merugikan orang (lain),” ungkap Aulion.
Ia juga punya tips untuk para kreator, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Jadilah autentik. Gali karakteristik diri kamu karena kamu adalah “brand” yang bisa dikenal oleh orang lain.
- Konsisten buat konten. Jangan karena views turun langsung jadi mogok gak bikin konten. Asal kamu bikin konten bagus dan konsisten, pasti ada jalannya. Hal ini juga terkait dengan algoritma yang kadang gak menentu.
- Stay relevant. Seperti yang ia paparkan sebelumnya, kamu tetap harus bisa menghasilkan konten yang relevan dengan tren tapi gak menghilangkan ciri khas atau keautentikan kamu.
Baca juga: Online Dating: Yay or Nay?
Bukan hanya strategi menaklukkan algoritma media sosial, 3 hal di atas juga bisa bikin self- branding yang kamu buat makin jelas. “Lihat saja konten Aulion, semua sudah tau pas lihat stop motion dan props yang colorful yang dipakai (Aulion),” ungkap Arief.
Arief pun memberikan pesan bahwa jangan sampai kita membuat konten yang sedang viral tapi memicu banyak kontroversi. Kembali pada kata “self-branding” yang sudah dibahas, hal ini bisa berdampak pada brand yang hendak bekerja sama dengan kita.
Sebagai pemilik brand, tentu kita ingin brand kita dikenal baik, dan tentunya dengan cara menggandeng content creator yang punya reputasi baik pula dan sejalan dengan value yang dimiliki brand tersebut. Rasanya sulit untuk menyukai kreator yang suka gimmick dan kontennya prank yang gak edukatif.
Baca juga: Belajar Menumbuhkan Self-love
Arief memaparkan bahwa sebagai content creator, tentu bakalan meng-influence seseorang melakukan sesuatu dari konten yang sudah dibuat. Jadi, bijaklah dalam membuat konten. Hal ini juga diamini oleh Aulion yang berpesan jangan sampai konten yang di-create menyakiti orang lain karena jejak digital selalu ada.
Comments ( 1 )