Hi Co.Creators, selamat tahun baru! Semua orang tentunya punya harapan untuk menjalani tahun baru yang lebih baik, apalagi tahun lalu penuh dengan tantangan. Karena situasi yang gak pasti ini belum selesai, kita perlu berstrategi mengelola keuangan di tahun 2021 ini. Simak yuk pandangan saya terkait perencanaan keuangan yang sehat!
Refleksi 2020
Tanpa disangka, tahun 2020 menjadi tahun terberat karena pandemi. Situasi ini mengubah total gaya hidup kita, yang biasa dinamis untuk dapat bepergian ke sana kemari, jadi harus diam #dirumahaja dan melakukan physical distancing. Perubahan ini membuat kita sadar bahwa risiko kehidupan itu nyata dan bisa terjadi kapan pun, yaitu risiko sakit, kematian, bahkan bangkrut karena PHK atau bisnis yang menurun. Ya, pandemi ini sangat berdampak terhadap ekonomi dan menyebabkan resesi di berbagai negara. Dampak perlambatan ekonomi ini pun langsung memengaruhi keuangan rumah tangga.
Proyeksi tahun 2021
Setelah ekonomi terpuruk di 2020, tahun 2021 ini kita berharap memasuki masa pemulihan. Faktor utamanya adalah mulai tersedianya vaksin COVID-19 yang diberikan kepada masyarakat secara gratis tapi bertahap. Vaksin ini menjadi sebuah game changer, penentu arah perkembangan ekonomi ke depan dan pemulihan kesehatan masyarakat.
Walaupun pasar telah merespons secara positif, faktor ketidakpastian tetap tinggi. Perjalanan vaksin masih panjang, mengingat tingginya jumlah penduduk yang memerlukan vaksin, faktor geografis Indonesia yang tersebar luas, serta mutasi virus yang masih berkembang. Makanya, kita tetap perlu berjaga-jaga dengan menerapkan protokol kesehatan, dan pastinya menyiapkan keuangan yang tahan banting di segala situasi.
Baca juga: 7 Tips Agar Resolusi Finansialmu Tercapai
Financial check-up
Langkah awal memulai perencanaan keuangan adalah dengan memeriksa dulu kondisi keuangan saat ini. Gampangnya, kamu perlu memeriksa cash flow bulanan kamu. Bagaimana keseimbangan keuangan antara pemasukan dan pengeluaran? Apakah selalu ada sisa uang setiap bulan untuk ditabung? Atau keuanganmu lebih besar pasak daripada tiang?
Cash flow yang sehat adalah yang positif, di mana penghasilan lebih banyak daripada pengeluaran. Selain itu, dari cash flow ini pola konsumsi kamu juga bisa terlihat. Kamu bisa bandingkan porsi biaya operasional bulanan, biaya hiburan, besarnya cicilan, serta tabungan. Kamu bisa menilai apakah ada porsi biaya yang bisa dihemat, atau sebaliknya apabila kamu justru perlu penghasilan lebih banyak untuk membiayai kebutuhan hidupmu.
Berikutnya kamu bisa memeriksa neraca keuangan, yaitu catatan jumlah harta dan jumlah utang. Nilai kekayaan bersih adalah selisih dari total nilai harta dan total nilai utang. Dari total nilai harta yang ada, periksa jumlah tabunganmu khususnya dana darurat. Pada masa seperti sekarang, penting menyiapkan dana darurat sebesar minimal 6 kali pengeluaran bulanan. Dari sisi utang, bandingkan jumlah utangmu dengan jumlah harta. Idealnya, total nilai utang 50% saja dari total nilai harta. Kamu mesti waspada kalau jumlah utangmu tinggi, karena makin besar jumlah utangmu, makin tinggi kemungkinan buat bangkrut. Sekarang kita benar-benar perlu menjaga likuiditas, maka pastikan segala utang terbayar dan sebisa mungkin hindari utang lainnya.
Hitung kemampuan profil risikomu
Sebelum menentukan strategi keuangan, kamu perlu mengenal profil risiko, yaitu kemampuanmu menerima risiko. Kenapa? Karena setelah mengetahui bahwa kondisi ekonomi sekarang masih sangat gak pasti (risiko pasar cukup tinggi), kamu perlu menyiasatinya dengan kekuatanmu menanggung risiko sehingga kamu punya ekspektasi keuangan yang realistis.
Risk profile terdiri atas tiga bagian, yaitu risk tolerance, risk capacity, dan risk required. Risk tolerance adalah selera kamu memandang risiko. Kalau kamu gak berani kehilangan uang banyak, maka risk tolerance-mu rendah. Risk capacity adalah daya keuangan kamu. Misalnya kamu berusia 20-an, punya penghasilan tetap dan belum punya tanggungan, bisa dibilang kapasitas keuanganmu sebenarnya cukup besar. Sementara risk required adalah risiko yang harus diambil ketika berinvestasi untuk mendapatkan tingkat return tertentu. Misalnya kamu berminat investasi saham, sudah pasti risikonya tinggi.
Nah, kamu perlu menyeimbangkan ketiga jenis risiko tersebut dalam menentukan instrumen investasi yang kamu pilih. Biasanya lembaga investasi akan memberikan sejumlah kuesioner untuk menilai risk profile kamu, atau kamu bisa juga berdiskusi dengan perencana keuangan untuk membuat portofolio keuangan yang pas untuk kebutuhanmu.
Baca juga: Cek Kesiapan Keuangan Kamu di Kondisi Saat Ini, Yuk!
Strategi keuangan sehat di tahun 2021
Setelah kamu cek kesehatan keuanganmu, barulah kamu bisa menentukan strategi keuangan untuk tahun 2021. Kalau keuanganmu belum sehat, sekaranglah saatnya memperbaiki keuanganmu secara perlahan dan terstruktur. Bila keuanganmu sudah sehat, tentu bagus bila bisa ditingkatkan lagi untuk masa depan yang lebih baik.
Strategi pertama, kamu perlu menyesuaikan keuanganmu dengan kondisi ekonomi saat ini. Ketika ketidakpastian masih tinggi, kamu tetap perlu waspada dengan menjaga cash flow biar selalu positif. Kamu harus memastikan bahwa penghasilanmu tetap terjaga, bertahan pada pekerjaan yang ada, atau bila perlu mencari penghasilan tambahan dengan melakukan bisnis sampingan. Di sisi pengeluaran, kamu perlu realistis dalam mengelola biaya bulanan biar gak berlebihan. Lakukan pencatatan yang teratur, buat anggaran bulanan, dan tentukan jumlah tabungan yang bisa disisihkan dengan konsisten.
Kedua, setelah mengetahui kemampuanmu menabung, kamu perlu membuat tujuan keuangan. Kalau punya banyak keinginan dan tujuan keuangan, kamu perlu membuat prioritas, misalnya untuk jangka pendek (1-2 tahun), jangka menengah (3-5 tahun), dan jangka panjang (di atas 5 tahun). Pilih 2-3 tujuan keuangan yang menurutmu paling penting dan doable. Tujuan keuangan ini harus terukur, baik jumlah nominal maupun waktunya.
Pertanyaan berikutnya adalah, “Mau ditabung di mana tujuan keuangan ini?” Pada tahun 2020 saat awal resesi, instrumen keuangan yang menjadi primadona adalah yang bersifat konservatif seperti emas, deposito, dan obligasi atau SBN (Surat Berharga Negara). Hal ini terjadi karena umumnya orang ingin mengamankan nilai uangnya, sehingga instrumen yang agresif seperti pasar modal mengalami penurunan tajam. Di awal tahun 2021, ekonomi diprediksi mulai bangkit, sehingga pasar modal sudah menggeliat lagi. Namun, harus diingat bahwa pemulihan resesi gak bisa selesai dalam sekejap, jadi kondisi pasar masih sangat fluktuatif. Maka di tahun 2021 ini kamu harus sangat berhati-hati dalam menempatkan uang di instrumen yang tepat.
Oleh karena itu, strategi keuangan ketiga adalah membuat portofolio keuangan yang mapan dengan cara diversifikasi investasi. Kalau tadi kamu telah menentukan 2-3 tujuan keuangan, pisahkan dalam 2-3 instrumen keuangan atau akun yang berbeda sesuai dengan tingkat risiko dari masing-masing tujuan. Sebagai catatan, untuk tujuan keuangan jangka pendek, lebih baik disimpan dalam instrumen keuangan konservatif seperti emas dan deposito. Sementara untuk tujuan jangka panjang bisa disimpan dalam instrumen yang agresif seperti saham. Investasi jangka menengah? Pilihlah instrumen yang moderat seperti reksadana campuran (seimbang antara saham dan obligasi). Manfaat diversifikasi, selain agar mudah memonitor setiap akun, juga untuk menjaga nilai total investasimu di segala kondisi pasar.
Nah, terkadang setelah dihitung antara kemampuan menabung kamu dengan tingkat return di pasar, terlihat sulit mencapai tujuan keuangan yang telah ditetapkan. Kamu mungkin harus menyesuaikan tujuan tersebut, misalnya dengan mengurangi nominal tujuan tabungan, atau memperpanjang masa menabung. Kalau itu terjadi, jangan berkecil hati. Tetaplah mulai mengalokasikan berapa pun kemampuan menabung kamu untuk 2-3 tujuan keuangan yang telah ditentukan tersebut. Ketika kamu mulai disiplin dan fokus pada tujuan, yang sedikit akan menjadi bukit pada waktunya nanti.
Kelihatannya gak sulit kan untuk mewujudkan keuangan yang sehat? Yang sulit adalah membangun kebiasaan keuangan serta mengelola emosi yang muncul saat melakukan perhitungan. Wajar kalau ada rasa takut, panik, atau ragu. Namun, selama fokus dengan tujuan keuangan yang telah ditetapkan, kamu gak perlu sering mengubah strategi investasi kamu kalau telah melakukan perhitungan risiko dengan benar. Ketahuilah bahwa pasar akan selamanya naik turun, sehingga kita memang harus fokus, sabar, dan konsisten dalam mengelola keuangan.
Comments ( 0 )