Life begins at the end of your comfort zone
Gak pernah tebersit di pikiranku untuk jadi full time IRT (ibu rumah tangga) karena sejak dulu aku ingin jadi wanita karier.
Namun, pada akhir 2017, setelah berdiskusi panjang dengan suami; juga mempertimbangkan ini-itu; bahkan diselingi pertengkaran kecil… akhirnya kuputuskan untuk resign setelah 9 tahun berkarier.
Satu sampai dua bulan pertama memang terasa bahagia karena gak perlu ketemu atasan jutek, ribet sama drama rekan kerja, atau terjebak macet.
Namun berikutnya… mulailah banyak drama.
Baca juga: #langkahkecilhariini Jadi Content Creator Ala Ibu Rumah Tangga Bareng Jenius
Culture shock
Jadi full time IRT ternyata gak semudah yang kubayangkan. Yang paling terasa berat adalah kurangnya waktu untuk bersosialisasi dengan orang lain.
Apalagi ruang lingkupku sebatas rumah dan pasar. Aku juga mulai rewel dan sering komplain saat Pak Suami lembur.
Belum lagi masalah uang. Aku yang biasanya punya uang sendiri, kini mesti menunggu suami gajian dulu baru punya uang.
Meski suamiku menyerahkan seluruh gajinya untuk aku kelola, tetap aja saat itu aku rindu suasana kerja, kangen gaji yang rutin masuk tiap bulan, dan rindu shopping pakai uang sendiri.
Bahkan, sulit bagiku buka media sosial karena postingan teman-teman kerjaku dulu suka berseliweran.
Postingan itu berisi informasi mereka yang sudah naik grade, sudah bisa beli ini-itu, healing ke sana kemari… yang mana bikin aku jadi menyesal akan keputusanku untuk resign.
Aku pun kerap membanding-bandingkan pencapaian mereka. Aku menganggap diriku gak punya nilai lebih.
Long story short, di pertengahan 2018, aku memberanikan diri untuk membeli usaha dengan sistem franchise.
Pak Suami kan gak kasih izin padaku buat kembali kerja kantoran, jadi menurutku buka usaha adalah opsi masuk akal—meski aku sendiri gak punya pengalaman berjualan.
Aku berharap usaha ini akan berjalan baik, sehingga bisa kembali berkarya, punya aktivitas lain yang menghasilkan uang, dan memberikan nilai lebih.
Namun, lagi-lagi aku terbentur fakta karena kenyataan gak seindah harapanku. Usaha yang kami bangun hanya bertahan 6 bulan.
Pada akhir 2018 kami terpaksa menutup usaha ini karena gak menghasilkan. Bahkan, pihak pemilik franchise terkesan gak bertanggung jawab dengan masalah yang timbul.
Tahun 2019 jadi tahun yang berat buat kami. Sampai akhirnya aku bertemu Jenius.
Baca juga: #langkahkecilhariini Dari 20.000 Rupiah Hingga ke Korea Selatan
Nothing is impossible
Meskipun terasa berat, aku dan Pak Suami terus berusaha bangkit dari keterpurukan.
Alhamdulillah suamiku masih kerja dan berpenghasilan tetap. Yang perlu kami lakukan adalah membenahi kembali kondisi keuangan sambil memikirkan cara menambah pemasukan.
Aku juga berusaha memperbaiki diri jadi pribadi yang lebih positif.
Sampai pada suatu hari saat main ke mal, aku disapa kru Jenius dan entah kenapa tertarik mendengarkan promosinya. And that was the best decision I’ve ever made. Never regret it!
Setelah itu aku langsung jatuh cinta dengan semua kemudahan yang diberikan oleh Jenius.
Yang paling menarik perhatianku hingga detik ini adalah gratis transfer antarbank dan gratis tarik tunai di ATM mana aja! Wow!
Jenius memberiku banyak kemudahan, apalagi dengan fitur Save It—Flexi Saver, Dream Saver, dan Maxi Saver.
Aku jadi mudah membagi-bagi pos keuangan dengan 3 kantong Flexi Saver. Aku juga membuka tabungan autodebit dengan fitur Dream Saver—dan ini sangat memudahkanku.
Sumpah, rasanya jadi gak terasa nabung karena langsung autodebit tiap hari, eh gak terasa tujuannya tercapai.
Aku juga menyisihkan bonus Pak Suami untuk disimpan di Maxi Saver yang mana bisa pilih sendiri tenornya.
Semua bisa kulakukan semudah itu dari HP. Benar-benar fleksibel—semua ada dalam satu genggaman!
Bertemu Jenius adalah salah satu hal baik yang terjadi di tahun 2019; yang akhirnya membawaku ikut bergabung dengan komunitas Jenius: Co.Create.
Aku jadi suka ikut kelas di Jenius Co.Create. Yang tadinya awam literasi finansial, perlahan mulai paham pentingnya mengatur keuangan.
Berbagai kelas dan diskusi Co.Create yang aku ikuti akhirnya membuka cakrawala lain, bahwa bekerja gak harus dari luar rumah. Berkarya gak melulu harus dari kantor.
Baca juga: Jadi Penduduk Lokal di Italia Berkat Jenius
#langkahkecilhariini dari rumah
Awal tahun 2020, perekonomian kami pun membaik. Tentu saja Jenius berperan dalam kehidupan finansialku… uhuy.
Aku kembali membuka usaha. Kali ini usahaku berhubungan dengan art dan jasa. Yup, aku membuat kerajinan makrame!
Siapa sangka aku bisa menghasilkan berbagai karya yang alhamdulillah disukai orang lain? Perlahan-lahan aku mulai merasa percaya diri dan memulai langkah kecil dari rumah.
Rasanya senang bercampur haru saat membaca testimonial dari pelanggan. Saat itu aku merasa berhasil mencintai diriku sendiri.
Ternyata gak ada yang salah dengan memulai dari rumah, memulai dari hal kecil nan sederhana.
Taking time to enjoy the simple things in my life
Suka duka mengerjakan makrame ini banyak banget. Aku pernah di-ghosting calon pembeli; sudah pesan produk plus tinggal kirim ke alamat dan nunggu pembayaran, eh si calon pembeli gak kunjung muncul.
Langsung terbayang rasa capek saat mengerjakan makrame… mana susah banget dapetin materialnya karena pesan dari Pulau Jawa—aku tinggal di Medan—dengan ongkir mahal.
Pinggang, punggung, tangan, jemari… semua terasa kram dan mau copot. Mau nangis rasanya…! Namun, aku belajar untuk terus berpikiran positif.
Pikiran positif menghasilkan energi positif, kan? Dari energi positif akan datang banyak kebaikan pula.
Mungkin saat itu makrameku gak berjodoh dengan pembeli awal, tapi siapa tau bakalan datang seseorang yang mau bayar dengan harga yang lebih baik?
Makrame membuatku bahagia. Aku jatuh cinta lagi dan lagi tiap kali membuat pola baru.
Kemudian, tanpa bosan Jenius hadir memberikan kemudahan buatku. Di tengah rasa bingung memisahkan tabungan bisnis, Jenius muncul dengan terobosan baru: Akun Bisnis Jenius dan Bisniskit!
Akun Bisnis Jenius memudahkanku mengatur keuangan biar gak tercampur dengan tabungan pribadi.
Aku juga bisa mengecek mutasi In and Out-nya dengan mudah. Bikin happy, kan?
Aku pun bisa fokus mengasah skill makrame dan mengembangkan bisnis tanpa cemas tentang pengaturan keuangan bisnis.
Not to mention, Jenius juga melengkapi kebutuhan investasiku dengan menghadirkan fitur Investasi Reksa Dana. Kurang apa lagi, coba?
Salah satu langkah kecil kami untuk memperbaiki kondisi keuangan yang carut-marut kemarin adalah dengan belajar berinvestasi.
Aku dan Pak Suami mengusahakan agar uang dan aset yang kami miliki bisa terus bekerja, sampai nanti memenuhi tujuan finansial ke depannya.
Ini pun salah satu ikhtiar kami untuk memutuskan rantai sandwich generation dalam keluarga lho.
Baca juga: #langkahkecilhariini Mempersiapkan Diri Menuju Kampus Impian
Yet to come
Melalui #langkahkecilhariini dari rumah dan rangkaian permasalahan sebelumnya, aku tiba di titik yang jauh lebih baik.
Aku menerima bahwa apa pun yang terjadi dalam hidupku di masa lalu, adalah bagian dari proses pendewasaan dan proses untuk menemukan diriku dalam versi yang lebih baik.
Aku menerima bahwa setiap kegagalan yang pernah kualami adalah bagian dari pembelajaran buatku, agar aku bisa paham cara untuk bangkit setelah jatuh.
Meski saat ini belum berada di titik terbaik, aku percaya aku sedang berproses dan semoga terus menuju ke arah titik terbaik tersebut.
Semoga #langkahkecilku dan Pak Suami hari ini kelak akan menjadi langkah yang lebih besar dan mendatangkan sebaik-baik manfaat untuk orang orang terkasih dan orang-orang di sekitar kami.
Borahae!!! Semoga ceritaku bisa bikin teman-teman Co.Creator yang lagi merajut impian tetap bersemangat.
Artikel ini merupakan salah satu pemenang
Kompetisi Blog #langkahkecilhariini Versi Kamu dengan judul
Langkah Kecilku dari Rumah
Comments ( 0 )