Pengalaman pribadi saya sebagai public speaker, grogi ngga pernah bisa hilang hingga keluar kata-kata pertama dari mulut. Setelah itu rasanya plong banget, lancar hingga acara selesai.
“Grogi itu hal yang natural sekali”, ujar Rian Ibram, TV and Radio Host.
Jadi gak heran kalau kita sering merasa grogi sebelum tampil membuka acara atau presentasi. Para public speakers berpengalaman sekali pun, tetap merasa grogi sebelum tampil. Taufik Effendy, TV Host, menganjurkan untuk bersikap jujur akan rasa gugup tersebut kepada audiens. Sikap jujur yang dimaksud tentu perlu diperhalus, misalnya dengan mengatakan “Saya senang dan excited sekali, sekaligus nervous banget karena malam ini kita kedatangan bintang pesepakbola dunia”. Dengan cara itu, kamu sebenarnya sedang mengatasi kegugupan yang kamu rasakan meskipun terlihat biasa saja di depan audiens.
Mario Patrick, Radio Broadcaster dan Professional MC, beserta Danar Gumilang, TV Presenter dan Radio Announcer, juga punya cara yang berbeda dalam mengatasi grogi.
“Awali dengan senyuman, secara psikologis itu bisa menenangkan diri sendiri”
Mario Patrick
Sementara Danar menyarankan untuk berhenti sejenak dan gak memikirkan apapun selama 5 menit sebelum acara dimulai, tapi dengan catatan kamu sudah melakukan persiapan yang matang sebelumnya.
Bagaimana cara mengatasi grogi? The Brocasters punya jawabannya.
Rian, Taufik, Mario, dan Danar atau yang lebih dikenal dengan sebutan The Brocasters, beberapa waktu lalu berkolaborasi dengan Jenius Co.Create menghadirkan kelas public speaking “Jadi Juara Dengan Bicara” pada 4 Agustus 2018 di Menara SMBC. Selain berbagi tips mengatasi rasa grogi, The Brocasters juga berbagi teknik melatih vokal, mengenal audiens, dan menyampaikan pesan dengan baik. Berikut ulasan lengkapnya.
Mario menjelaskan cara penggunaan teknik pernapasan diagframa dalam public speaking.
Teknik melatih vokal
Saat diminta untuk berbicara di depan umum, ada poin-poin atau informasi penting yang harus disampaikan dengan baik lewat suara, intonasi, dan ekspresi yang tepat. Intonasi berfungsi sebagai penekanan dan ekspresi sebagai pendukung non-verbal dan membantu mencuri perhatian audiens. Ketiganya tentu harus dilatih. Mario menjelaskan empat hal yang harus dipersiapkan. Pertama, deep breath dengan pernapasan diafragma untuk vokal yang lebih bulat dan napas yang lebih panjang. Kedua, senam wajah agar sarana tempat keluarnya suara lebih jelas. Ketiga, menguap dengan benar lalu keempat, berlatih lion face agar wajah kamu lebih rileks.
Nah, selain teknik lion face, The Brocasters juga mempraktikkan teknik lain seperti motorboat, humming, dan gerakan menggetarkan kerongkongan untuk menghilangkan “suara bantal” di pagi hari.
Mario sedang mempraktekkan step pertama teknik lion face.
Nah, foto ini merupakan step kedua dari teknik lion face yang dipraktekkan oleh Danar (kiri) dan Taufik (kanan).
Tertarik untuk ikutan lion face seperti teman-teman Co.Creators ini?
Kira-kira seperti ini teknik motorboat ala Danar.
Mengenal audiens
Hal yang paling sering dilupakan adalah public speaking bukanlah tentang si public speaker melainkan tentang audiens. Seringkali public speaker terlalu fokus pada dirinya tanpa benar-benar memahami audiens yang diajak bicara.
“Ini ibaratnya kamu seimbang antara menang atau kalah. Tapi bila kamu kenal dengan lawan bicara, lebih besar kemungkinan kamu akan menang”
Rian Ibram
Kamu memang harus tau kekuatan dirimu, tapi jangan lupa juga untuk kenali latar belakang, pekerjaan, bahasa dan gaya bahasa yang digunakan, termasuk agama, ras, dan budaya. Bahkan Rian menyarankan untuk datang jauh lebih awal sebelum acara dimulai. “Lakukan pendekatan khusus dengan mereka. Cari tau gaya bicara mereka dan apa yang mereka harapkan dari acara,” ungkapnya. Dengan demikian, kamu bisa menyesuaikan gaya penyampaian kamu agar lebih mudah diterima.
Rian menyarankan untuk melakukan pendekatan khusus dengan audiens.
Meski materinya cukup serius, tapi The Broacasters berhasil membuat suasana belajar jauh lebih menyenangkan.
Seorang public speaker juga harus tau mana audiens yang datang secara sukarela dan mana yang datang atas permintaan perusahaan. Menurut Rian, bagi audiens yang sukarela hadir lebih mudah dicuri perhatiannya. Sebaliknya untuk mereka yang diminta hadir, Rian menyarankan untuk lebih sensitif dan tidak terlalu bertele-tele dalam menjelaskan.
Menyampaikan materi tepat sasaran
Selain mengetahui jenis atau tujuan acara, kamu juga harus tau materi apa saja yang harus disampaikan, alasan mengapa pesan tersebut harus disampaikan selama acara, dan bagaimana cara menyampaikannya. Dengan menguasai hal tersebut, kamu bisa menyampaikan pesan dengan lebih siap dan matang.
Kini, giliran Danar yang menjelaskan teknik membuka acara yang baik.
Danar juga mengingatkan pentingnya antusiasme dalam membuka acara dan mengenalkan diri. Senyum, salam, dan kontak mata menjadi kunci penting dalam menunjukan energi positif. Hal tersebut akan membangun ambience yang positif juga di antara audiens. Mereka akan lebih fokus pada acara dan lebih menerima semua pesan yang disampaikan.
“Audiens melihat kita 15 menit pertama, kalau gak berhasil menangkap perhatian mereka, maka sepanjang acara pasti fokus mereka akan ke mana-mana”
Danar Gumilang
Menurut Rian, closing juga gak kalah penting. Tetap harus singkat, padat, dan gak bertele-tele.
Penutupan acara juga gak kalah penting. Pembukaan dan penutupan acara adalah bagian yang paling sering diingat audiens. Di tahap akhir ini, ulang kembali materi yang telah diberikan dalam beberapa kesimpulan. “Closing itu 10-15% dari total durasi acara. Keep it short and simple,” ujar Rian yang juga sekaligus mengakhiri acara.
Apakah tips dari The Brocasters di atas sangat membantu kamu dalam mendalami public speaking? Jangan lupa untuk berbagi dengan teman Co.Creators lainnya di forum Jenius Co.Create. Kalau kamu punya ide untuk kolaborasi lainnya, submit ide kamu di sini.
Comments ( 1 )