“Pikirkan nanti setelah menikah bagaimana? Kalau bisa kulkasnya tetap dua pintu?”
Secuil wejangan dari senior suami ketika kami hendak menikah itu terus nyantol di pikiran saya bahkan hingga kini lima tahun kemudian. Kulkas dua pintu maksudnya pemasukan tetap dari suami dan istri. Bagaimanapun juga katanya, kulkas dua pintu lebih baik daripada kulkas satu pintu.
Namun, begitu menikah, saya dan suami sepakat kulkasnya satu pintu terlebih dahulu. Suami mencari nafkah dan saya fokus mendampingi masa golden age buah hati. Karena kulkasnya masih satu pintu seringkali membuat saya sebagai menteri keuangan keluarga ngos-ngosan. Jika mengikuti hingar bingar media, saya pun tak mau dijuluki menteri pencetak hutang.
Lalu bagaimana solusinya?
Beruntunglah, pada 2 Februari 2019 lalu saya menghadiri Blogger Perempuan Network X JENIUS di Menara SMBC Jakarta. Selain materi tentang blog yang sudah saya tulis sebelumnya “Dari Event BPN X JENIUS, Saya Belajar Ini tentang Blog…”, pembahasan tentang cerdas mengelola finansial ini ibarat siraman rohani bagi saya. Ibu millennial yang tidak hanya memikirkan asal dapur ngepul, tapi juga kuota, pendidikan, dan jalan-jalan.
Kapan lagi mendapatkan pemaparan dan tanya jawab cuma-cuma dari Certified Financial Planner Pak Budi Raharjo. Ibarat pebisnis yang membutuhkan mentor, ibu-ibu juga membutuhkan dewan penasihat keuangan agar tidak jebol. Besar pasak daripada tiang.
Solusi keuangan hanya ada dua. Menekan pengeluaran atau menambah pemasukan
Lima tahun ini, saya berusaha menekan pengeluaran besar-besaran untuk keperluan pribadi. Dana tersebut dialihkan untuk kebutuhan yang lain seperti anak, kuota, dan jalan-jalan. Suami sering mendorong saya agar membeli ini dan itu. Tapi saya hampir selalu menolak. Walaupun dalam hati, perempuan mana yang tidak ingin selalu stylish apalagi dengan kodratnya yang doyan shopping.
“Kenapa tidak beli sepatu baru?”
“Kan masih ada. Lagian saya juga tidak kemana-mana daripada mubazir. Sayang kalau beli tapi jarang dipakai malah bulukan. Nanti, kalau sudah butuh juga beli sendiri.”
Bedakan antara butuh vs penting vs ingin
Alkisah sekitar tujuh tahun lalu sewaktu awal-awal saya bekerja di Jakarta. Suatu hari saya menyusuri lorong di Pasar Kramat Jati. Ada pemandangan berbeda dari sebuah lapak beras. Pada dinding bagian belakang banyak tertempel foto pedagang beras tersebut dengan para pejabat. Di antaranya nampak foto ketika ia tengah berjabat tangan dengan Presiden kedua RI Soeharto, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.
Penasaran saya berhenti. Layaknya seorang bapak kepada anak gadisnya, pedagang beras tersebut menjawab rasa penasaran dan berbagi kisah suksesnya kepada saya.
Ia mengambil contoh kisah rata-rata pedagang keturunan China dan pedagang lokal. Walaupun sama-sama berjualan beras dan memulai usaha dari nol tapi keduanya memiliki habit berbeda. Koko China sehari-hari nampak hanya mengenakan kaos oblong. Saat bersantap pun rasanya bubur adalah makanan paling mewah. Catatan kasnya sangat rapi antara uang pribadi dan jualan.
Lain cerita dengan pedagang lokal, penampilannya mengikuti gengsi dan seringkali makan di luar. Catatan kas pun buruk. Karena kebiasaannya, uang jualan kerap diserobot untuk keperluan pribadi begitu juga sebaliknya.
Beberapa tahun kemudian, Koko China sudah memiliki rumah karena dibalik sikap sederhana dan nampak pelit itu ternyata dia menabung. Sebaliknya “kita” dalam tanda kutip yang suka tampak “wah” belum mendapat apa-apa justru gali lubang tutup lubang.
Kisah inspiratif tersebut senada dengan kata Pak Budi Raharjo, sebagai seorang financial planner dia tidak melarang gaya hidup tapi pertanyaannya, sudah pantas belum?
Baik menjadi kaya, buruk menjadi tampak kaya
Belajar dari kesederhanaan dan mengendalikan diri untuk tidak konsumtif, alhamdulillah di tahun ketiga pernikahan, kami sudah memiliki rumah sendiri. Rumah tersebut dibeli dari uang tabungan dan bantuan dari orang tua. Walaupun itu bukan rumah baru karena disesuaikan budget tapi kami bersyukur karena sudah tidak perlu mengontrak atau nebeng di rumah orang tua. Sebab rumah bagi yang sudah menikah kerap menjadi lambang kemandirian dan hidup baru.
Membuat perencanaan keuangan
Rencana keuangan harus dimulai dengan goal yang spesifik, terukur, dan realistis. Dengan kata lain harus ada angkanya dan sesuai kemampuan. Namun, untuk menentukan nominal ini, saya kerap masih mengandalkan insting dan belum melakukan perhitungan detail. Begitu juga dengan jangka waktu. Jangka waktu yang bias kadang malah membuat uang tidak jadi terkumpul karena merembes kemana-mana. Dibalik topeng, pinjam dulu ya nanti saya ganti.
Bagi saya yang suka mengajak anak jalan-jalan untuk mengeksplorasi alam, ini menjadi bom kegagalan keuangan. Karena biasanya kami berlibur tanpa rencana sehingga mengambil uang simpanan dan menggigiti uang belanja. Karena ada mitos, jangan direncanakan nanti malah tidak terwujud. Beberapa kali itu memang terbukti, saat kami sudah menyusun rencana liburan kemana dan tiba di hari H, batal. Padahal mitos semacam ini tidak boleh menjadi justifikasi.
Lima Kecerdasan Finansial
Selama ini saya mengelola keuangan baru berdasarkan pengalaman dan insting. Seringkali saya kewalahan. Terkadang saya berpikir, apakah sudah benar atau belum yang saya lakukan ini? Melalui gathering ini saya belajar tentang lima kecerdasan finansial dari Pak Budi.
- Kemampuan Menciptakan Uang
Untuk mengetahui berapa idealnya penghasilan yang harus kita miliki sebelumnya harus mengetahui apa saja yang menjadi kebutuhan. Adanya catatan aliran pemasukan dan pengeluaran berguna untuk melihat daftar kebutuhan dan sisi mana yang paling jebol.
Untuk itulah penting menerapkan rumus:
KASH before CASH
K= Knowledge
A= Attitude
S= Skill
H= Habits
- Kemampuan Mengalokasikan Uang
Kemampuan mengalokasikan pengeluaran dengan membaginya ke pos-pos seperti sosial, aset, dan konsumsi. Yang saya garisbawahi dari penuturan Pak Budi sekaligus untuk selalu mengingatkan saya pribadi agar tidak boros adalah bahwa spending more untuk keinginan itu berarti tidak pintar.
- Kemampuan Mengembangkan Uang
Salahsatu cara mengembangkan uang adalah melalui investasi. Ketika sudah memutuskan investasi berarti berpikirnya jangka panjang. Investasi yang paling cocok buat kita adalah investasi yang paling kita pahami bukan sekedar mengikuti trend.
- Kemampuan Melindungi Uang
Tanpa kita inginkan musibah bisa saja melanda apakah itu karena menjadi korban bencana alam, kecelakaan, sakit, dan tiba-tiba kehilangan sumber dana tetap. Melindungi uang bisa dilakukan dengan menyiapkan dana darurat. Dana darurat idealnya besarnya 3 sampai 6 bulan pengeluaran. Selain dana darurat, melindungi uang dengan mengikuti asuransi.
- Kemampuan Mengolah Informasi
Sebagai contoh ketika Dolar naik apa artinya? Artinya Rupiah turun, suku bunga naik, artinya cicilan naik dengan demikian berarti pengeluaran bertambah. Ketika Dolar naik harga barang elektronik yang dipengaruhi nilai Dolar pun akan naik. Sehingga dibutuhkan ilmu sebelum memutuskan.
Dari kelima point tersebut, poin ke-1 dan 2 saya sudah melakukan tetapi belum optimal. Poin ke-3 sudah memulai dengan membuka tabungan emas. Point ke-4, secara garis besar sudah mengetahui tapi masih sungkan menjalankan karena menganggap belum penting. Point kelima paling parah karena masih tak acuh.
Artinya saya masih harus terus belajar untuk dibilang cerdas finansial. Kesadaran mengenai pengelolaan finansial harus terus ditingkatkan. Sebab tingkat literasi keuangan di Indonesia masih rendah. Literasi keuangan artinya tidak hanya mengetahui cara dan ilmu keuangan tapi memanfaatkan bank agar sejahtera.
“67,8 persen masyarakat telah menggunakan produk dan layanan keuangan. Namun demikian hanya 29,7 persen masyarakat yang telah mampu atau paham literasi keuangan.” – Tirta Segara, Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK.
Mengelola Finansial dengan Jenius
Dasar pengelolaan keuangan menurut Pak Budi berawal dari hal yang sederhana yaitu membuat catatan pengeluaran dan pemasukan atau istilahnya cashflow management. Sejak kuliah saya sudah membuat catatan keuangan sederhana, berisi keterangan tanggal, pemasukan, pengeluaran, keterangan, dan saldo di buku. Termasuk menyimpan struk belanja/tagihan.
Ketika Pak Budi berkelakar mengomentari orang yang rajin mencatat ini hingga sulit lagi untuk dibedakan antara pelit dan hemat, saya pun ikut tertawa. Sebab, pernah suatu ketika ibu dan adik mengatakan saya pelit. Kata ibu, saya kehilangan 500 perak pun bakal tahu.
Sebenarnya bukan pelit tapi mengetahui aliran keuangan. Sehingga di akhir bulan akan tahu jebol apa tidak? Sudah efektif belum manajemen keuangan yang kita lakukan. Kalau diingat waktu itu uang saku dari orang tua dan sesekali mendapat tambahan pemasukan dari kerja part time. Tapi, saya sudah mulai membiasakan mencatat pemasukan dan pengeluaran. Kebiasaan ini masih saya lakukan hingga sekarang.
Sayangnya dalam mencatat ada kalanya saya lupa. Misalnya dalam satu hari tiba-tiba begitu banyak pengeluaran atau kesibukan. Masalah berikutnya adalah kejujuran. Ketika pengeluaran mulai membengkak rasanya saya mulai malas menulis. Padahal itu bukan laporan untuk siapa-siapa tapi untuk diri saya sendiri agar lebih baik dalam mengelola keuangan.
Begitu juga ketika membagi pos pengeluaran. Sebagaimana yang saya baca dalam buku Cerdas Mengelola Keuangan Pribadi, alokasi tersebut yaitu:
- Minimal 10% untuk tabungan
- Maksimal 30% untuk pembayaran utang
- Maksimal 60% untuk memenuhi kebutuhan hidup
Selain itu, saya pun sudah membiasakan mengalokasikan 2,5% untuk dana sosial. Bagi ibu rumah tangga seperti saya dana sosial ini membantu sekali ketika mendapat undangan hajatan, ada kematian, menjenguk tetangga sakit, infaq, dll.
Namun kenyataannya, dana sosial yang harusnya sederhana sekali jika konsisten ini malah menganggu keuangan. Antara dibiarkan dalam rekening atau diambil tunai dan disimpan manual di bawah pakaian. Dua-duanya rentan bergeser ke pos yang lain. Catatan untuk dana sosial, ada kalanya dalam beberapa bulan adem ayem tapi ada kalanya misalnya saat musim pernikahan/lahiran benar-benar membuat otak berputar karena harus mengambil dari pos lain bahkan nodong suami.
Begitu juga saat membagi pos tabungan. Pos ini harus dipisahkan dari rekening belanja. Jika tidak bisa saja kapanpun siap diterkam badai promo dan diskon. Dulu ketika belum menikah saya memiliki empat rekening dengan pos-pos yang sudah saya atur sesuai kebutuhan waktu itu. Namun, ketika menikah, rekening-rekening tersebut menjadi beban administrasi bulanan.
Pembagian pos ini seringkali membuat saya garuk-garuk kepala. Intinya mau ditaruh dimana? Beruntunglah, di acara kali ini saya mengenal Jenius. Jenius hadir menjadi solusi keuangan kaum milenial. Sebagai digital banking pertama yang diluncurkan 11 Agustus 2016, Jenius mengakomodir gaya hidup digital yang cenderung semua dilakukan lewat smartphone.
Untuk membuatnya cukup mudah tak perlu ke bank. Saya sendiri mengunduh aplikasi Jenius dan melakukan pendaftaran di dalam kereta api saat menuju Jakarta. Kita tinggal menyiapkan KTP, tandatangan di atas kertas putih lalu foto selfie dengan KTP. Cepat dan praktis tanpa perlu antre di bank dan menganggu pruduktivitas lain. Saat tiba di Menara SMBC, crew Jenius siap membantu mengaktifkan dengan memberikan KTP. Sembari mengikuti workshop Jenius card saya sudah jadi.
Saya pun mengenal lebih dekat dengan Jenius melalui pemaparan Bang Ivan Loviano selaku Social Media Manager Jenius SMBC Indonesia yang dibuka dengan kesepahaman bahwa digital changes everything – our life and how live it. Fitur-fitur yang disediakan Jenius merupakan solusi permasalahan kaum milenial yang cenderung tidak ingin ribet dan cepat.
Fitur andalan saya yaitu:
In & Out
Jika lewat catatan manual, saya suka lupa dan tidak jujur di sini semua transaksi online akan tercatat dengan detail mencakup lokasi transaksi. Bisa melihat daftar permintaan uang dan pengiriman uang yang sudah dijadwalkan. Sepertinya saya tidak perlu lagi menyimpan struk-struk bukti transaksi.
Setiap bulan kita juga bisa mengunduh laporan keuangan dari rekening Jenius dalam e-statement. Dari unduhan ini bisa saling melengkapi dengan catatan manual.
x-Card
x-Card merupakan kartu tambahan yang bisa dibuat oleh nasabah. Kartu ini adalah solusi untuk pembagian pos-pos keuangan. Saya tidak perlu lagi memiliki banyak rekening dengan biaya administrasi bulanan yang diam-diam menggerogoti. Sebab, satu rekening Jenius bisa dibuat hingga 3 x-card.
Terinspirasi dari kisah Ika dan Taza yang pacaran menggunakan x-card, kartu ini menjadi solusi keruwetan saya tadi mengatur dana sosial. Saya tinggal membuat kartu khusus dana sosial. Sehingga kapanpun undangan datang, saya tidak perlu ribet. Kalau sudah mempunyai anak sekolah bisa juga dibekali dengan kartu ini sebagai uang saku. Sebab, x-card bisa dipindahtangan.
Dream Saver
Sebagai ibu milenial yang keteran juga mengatur budget traveling, fitur dream saversangat menolong. Dimulai dengan tujuan dan menentukan besar anggaran, fitur ini akan membantu membuat simulasi simpanan setiap bulanan, mingguan bahkan harian dengan bunga lima persen per tahun.
Find Us
Adanya fitur ini sangat membantu untuk menemukan lokasi gerai-gerai Jenius, ATM, dan SMBC Indonesia terdekat. Apalagi untuk yang suka bepergian ke luar kota. Adanya keterangan fasilitas seperti setor tunai sangat memudahkan saat di kota asing.
Selain fitur andalan tersebut masih banyak kelebihan Jenius. Di antaranya E-Walletbagi yang biasa menggunakan transportasi online, ada send it yang bisa digunakan untuk mengirimkan uang secara terjadwal, split bill untuk berbagi tagihan, dan pay meuntuk menagih hutang dengan cara halus. Uniknya lagi nasabah Jenius bisa menggunakan Cashtag atau semacam username sebagai pengganti nomor rekening untuk bertransaksi.
Fitur save it selain dream saver juga ada flexi saver dengan bunga 5 persen per tahun yang bisa digunakan untuk menyimpan tabungan. Maxi saver sebagai deposito dengan bunga 7 persen per tahun. Tabungan tersebut bisa diambil kapan saja tanpa denda walau belum jatuh tempo.
Selain kartu utama m-card yang berwarna orange dan x-card, nasabah juga akan mendapatkan e-card. E-card bisa berfungsi sebagai kartu kredit yang bisa digunakan untuk belanja online hingga membayar domain blog. Menggunakan e-card Jenius ini semakin menguntungkan karena bertabur promo dan cashback dengan merchant yang bekerjasama. Bulan Maret ini sedang ada promo EveryYay bagi ibu-ibu yang doyan shopping, pengguna transportasi online, anak muda yang suka menonton di bioskop, dan traveler yang suka menginap di hotel. Buat Menteri Keuangan Keluarga juga ada yaitu cashback untuk pembayaran tagihan bulanan.
Bergabung dengan Jenius Co.Create
“Pemisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR Bukhari dan Muslim)
Kita adalah dengan siapa kita berteman. Jika ingin keuangan membaik tentu kita harus memilih berkawan dengan mereka yang pengelolaan finansialnya baik bukan yang cenderung boros dan konsumtif.
Co.Create merupakan wadah yang terdiri dari empat komponen yang saling mengisi satu sama lain yaitu situs Co.Create, ruang berbagi, artikel, dan workshop. Co.Create bagi saya ibarat penjual minyak wangi. Bukan cuma satu penjual tapi banyak. Sehingga harum yang saya dapat lebih banyak dan tahan lama.
Lewat Co.Create, kita bisa menemukan informasi kelas dan workshop. Saya juga banyak belajar dari pengalaman pengelolaan keuangan seperti menemukan kisah Ika dan Taza yang mengelola budget pacaran menggunakan x-card. Menurut saya ini jenius sekali dan berhasil memberi saya inspirasi untuk membuat x-card khusus dana sosial.
Melalui ruang berbagi kita dapat berjumpa dengan teman-teman yang “seperjuangan”, mendapatkan motivasi, dan meningkatkan pengetahuan. Selain itu sebagai nasabah kita juga bisa memberi sumbangsih untuk aplikasi Jenius agar selalu menjadi solusi digital banking bagi milenial.
Ruang berbagi Co.Create di antaranya tersedia dengan berkolaborasi The Goods Cafe Pondok Indah Mall dan Mal Kelapa Gading. Kemudian di Menara SMBC Kuningan lantai 18, 27, dan 48. Di lantai 27 inilah, kami member BPN X Jenius berbagi space untuk menambah ilmu tentang blog dan keuangan. Ruangannya luas, nyaman, modern dengan fasilitas lengkap.
Tulisan ini sebelumnya telah diikutsertakan dalam Blog Competition Jenius X Blogger Perempuan Network. Baca artikel asli penulis, di sini.
Comments ( 1 )