Comments ( 12 )Write Response

ahmad_affandi

Scrum itu seperti apa? Kanban itu yg kayak gmn? Lebih bagus yg mana diantara keduanya?

<p>Scrum itu seperti apa? Kanban itu yg kayak gmn? Lebih bagus yg mana diantara keduanya?</p>

24 September, 2019 Like ( 1 )

• 

  vw_amanda

  Scrum adalah salah satu kerangka kerja Agile yang berfokus pada value yang dihasilkan dan menitikberatkan pada teamwork. Scrum bukanlah suatu metodologi atau pun teknik, sehingga kita bisa menggunakan bermacam teknik di dalamnya.

  Sementara  Kanban adalah framework yang dapat membantu memvisualisasikan pekerjaan kita, membatasi apa yang sedang dikerjakan (work in progress), dan memaksimalkan efisiensi flow. Kanban memungkinkan perangkat lunak dibangun dalam satu siklus yang besar.

  Setiap organisasi biasanya memiliki kondisi dan sifat pengembangan produk yang berbeda, sehingga kita tidak bisa memilih satu framework terbaik untuk dipakai dalam setiap kondisi. Contohnya jika kita ingin mengembangan produk yang kompleks, mungkin Scrum lebih cocok untuk digunakan. Sedangkan jika kita mengembangkan sesuatu yang bersifat repetitif atau maintenance, mungkin Kanban lebih cocok untuk digunakan.

  <p><strong>Scrum</strong> adalah salah satu kerangka kerja A<em>gile</em> yang berfokus pada <em>value</em> yang dihasilkan dan menitikberatkan pada <em>teamwork</em>. <em>Scrum</em> bukanlah suatu metodologi atau pun teknik, sehingga kita bisa menggunakan bermacam teknik di dalamnya.</p> <p>Sementara  Kanban adalah <em>framework</em> yang dapat membantu memvisualisasikan pekerjaan kita, membatasi apa yang sedang dikerjakan (<em>work in progress</em>), dan memaksimalkan efisiensi <em>flow</em>. Kanban memungkinkan perangkat lunak dibangun dalam satu siklus yang besar.</p> <p>Setiap organisasi biasanya memiliki kondisi dan sifat pengembangan produk yang berbeda, sehingga kita tidak bisa memilih satu <em>framework</em> terbaik untuk dipakai dalam setiap kondisi. Contohnya jika kita ingin mengembangan produk yang kompleks, mungkin Scrum lebih cocok untuk digunakan. Sedangkan jika kita mengembangkan sesuatu yang bersifat repetitif atau <em>maintenance</em>, mungkin Kanban lebih cocok untuk digunakan.</p>

  26 September, 2019 Like ( 1 )

• 

  Ragil Ferdianto

  Hi Akiraoka12,

  – Untuk aturan main nya ada, dan aturan ini merupakan hasil perjanjian bersama antara Product Owner, Scrum Master dan Tim development

  – Bisa masuk atau tidak nya task tambahan tersebut perlu melihat kondisi Sprint, tim perlu berdiskusi apa impact dari penambahan task tersebut, apakah masih relevan atau tidak dengan Sprint Goal yang telah disepakati sebelum nya.

  – Mengenai role Scrum Master & Product Owner,
  Singkat nya seorang Scrum Master melakukan, membantu orang-orang agar dapat memahami teori, praktik-praktik, aturan-aturan dan tata nilai scrum. Dia juga membantu untuk melayani Product Owner, Tim development dan juga Organisasi.
  Sedangkan seorang Product Owner adalah orang yang bertanggung jawab untuk memaksimalkan nilai bisnis dari produk yang dihasilkan oleh Tim development dan dia juga bertanggung jawab terhadap pengelolaan Product Backlog.

  <p>Hi Akiraoka12,</p> <p>– Untuk aturan main nya ada, dan aturan ini merupakan hasil perjanjian bersama antara Product Owner, Scrum Master dan Tim development</p> <p>– Bisa masuk atau tidak nya task tambahan tersebut perlu melihat kondisi Sprint, tim perlu berdiskusi apa impact dari penambahan task tersebut, apakah masih relevan atau tidak dengan Sprint Goal yang telah disepakati sebelum nya.</p> <p>– Mengenai role Scrum Master & Product Owner,<br /> Singkat nya seorang Scrum Master melakukan, membantu orang-orang agar dapat memahami teori, praktik-praktik, aturan-aturan dan tata nilai scrum. Dia juga membantu untuk melayani Product Owner, Tim development dan juga Organisasi.<br /> Sedangkan seorang Product Owner adalah orang yang bertanggung jawab untuk memaksimalkan nilai bisnis dari produk yang dihasilkan oleh Tim development dan dia juga bertanggung jawab terhadap pengelolaan Product Backlog.</p>

  26 September, 2019 Like ( 1 )

Devinakbar

Hallo. Bagaimana menyikapi regulasi terkait system agile ini ya ? Sebagai lembaga keuangan yang memiliki regulator yang cukup ketat, apakah sistem agile ini sudah bisa diterima di industri perbankan indonesia?

Terkait sistem agile sendiri, apakah perbedaan antara SDLC agile dengan waterfall  di dunia perbankan ? Lalu untuk kelebihan dan kelemahan untuk kedua sistem itu menurut pandangan tim scrum master bank BTPN seperti apa ya ?

Trims semoga berkenan untuk dibalas ya.

Have a nice day.

<p>Hallo. Bagaimana menyikapi regulasi terkait system agile ini ya ? Sebagai lembaga keuangan yang memiliki regulator yang cukup ketat, apakah sistem agile ini sudah bisa diterima di industri perbankan indonesia?</p> <p>Terkait sistem agile sendiri, apakah perbedaan antara SDLC agile dengan waterfall  di dunia perbankan ? Lalu untuk kelebihan dan kelemahan untuk kedua sistem itu menurut pandangan tim scrum master bank BTPN seperti apa ya ?</p> <p>Trims semoga berkenan untuk dibalas ya.</p> <p>Have a nice day.</p>

24 September, 2019 Like ( 3 )

• 

  Adnan.Ramadhan

  Hi Devinakbar,

  Sebagai Bank kami patuh terhadap regulasi yang ada karena selain mengembangkan Product, kami juga berkolaborasi dengan Audit, Security, maupun Regulasi, knowledge inilah yang yang coba kami hadirkan ke level squad dan kami masukkan ke dalam Definition of Done (DoD), jadi walaupun product yang kami development sudah selesai dan siap release, namun masih terkendala regulasi, kami tidak akan me-release product tersebut karena itu merupakan bagian dari DoD kami.

  Agile adalah mindset untuk terus adaptive, sangat aplicable jika di terapkan di kondisi market yang ambigu, complex dan tidak dapat diprediksi saat ini, termasuk di dunia perbankan. Kami mengadopsi scrum untuk framework/kerangka kerjanya. Jadi, untuk lebih jelasnya, mengenai GAP antara scrum dan waterfall, serta bagaimana pengaplikasiannya di dunia perbankan, khususnya di Jenius BTPN, bisa datang ke workshop kami.

  <p>Hi Devinakbar,</p> <p>Sebagai Bank kami patuh terhadap regulasi yang ada karena selain mengembangkan Product, kami juga berkolaborasi dengan Audit, Security, maupun Regulasi, knowledge inilah yang yang coba kami hadirkan ke level squad dan kami masukkan ke dalam Definition of Done (DoD), jadi walaupun product yang kami development sudah selesai dan siap release, namun masih terkendala regulasi, kami tidak akan me-release product tersebut karena itu merupakan bagian dari DoD kami.</p> <p>Agile adalah mindset untuk terus adaptive, sangat aplicable jika di terapkan di kondisi market yang ambigu, complex dan tidak dapat diprediksi saat ini, termasuk di dunia perbankan. Kami mengadopsi scrum untuk framework/kerangka kerjanya. Jadi, untuk lebih jelasnya, mengenai GAP antara scrum dan waterfall, serta bagaimana pengaplikasiannya di dunia perbankan, khususnya di Jenius BTPN, bisa datang ke workshop kami.</p>

  26 September, 2019 Like ( 1 )

• 

  Abdurahman

  Hai Justomat,

  Sprint Planning dilakukan satu sesi per-sprint. Untuk mengantisipasi mispersepsi antara Product Owner dengan Development Team, maka perlu diadakan Grooming. Mengenai under/over-commit terhadap task yang dikerjakan, hal tersebut bisa dibahas di Retrospective spesifik mengenai kendala yang menyebabkan under/over-commit. Retrospective sendiri merupakan salah satu event yang dapat digunakan untuk mengevaluasi apa yang terjadi selama sprint dan bisa ditingkatkan untuk sprint selanjutnya. Oleh karena itu penting membangun culture yang open terhadap masukan satu sama lain.

  Lebih detail, nantikan workshop kami selanjutnya. Terima kasih

  <p>Hai Justomat,</p> <p>Sprint Planning dilakukan satu sesi per-sprint. Untuk mengantisipasi mispersepsi antara Product Owner dengan Development Team, maka perlu diadakan Grooming. Mengenai under/over-commit terhadap task yang dikerjakan, hal tersebut bisa dibahas di Retrospective spesifik mengenai kendala yang menyebabkan under/over-commit. Retrospective sendiri merupakan salah satu event yang dapat digunakan untuk mengevaluasi apa yang terjadi selama sprint dan bisa ditingkatkan untuk sprint selanjutnya. Oleh karena itu penting membangun culture yang open terhadap masukan satu sama lain.</p> <p>Lebih detail, nantikan workshop kami selanjutnya. Terima kasih</p>

  26 September, 2019 Like ( 1 )

djunandar

What happen if your design is customercentric but your design can’t be implemented cause technical limitation in dev team? and timeline to research tech limitation were so tight?

<p>What happen if your design is customercentric but your design can’t be implemented cause technical limitation in dev team? and timeline to research tech limitation were so tight?</p>

25 September, 2019 Like ( 1 )

• 

  Yesiska

  First thing we can do is that, we can create feature list based on the prioritization that we want to deliver with the highest value and still holds that customer centric value. Let’s call this as our MVP. As we release the MVP feature to the market, the next step is, we can continue to do the research and develop the rest of the features.

  <p>First thing we can do is that, we can create feature list based on the prioritization that we want to deliver with the highest value and still holds that customer centric value. Let’s call this as our MVP. As we release the MVP feature to the market, the next step is, we can continue to do the research and develop the rest of the features.</p>

  26 September, 2019 Like ( 0 )

• 

  vw_amanda

  Hi Kak Zapikoe,

  Sebagai Scrum Master, tentunya kami harus Continous Learning juga. Ada banyak hal yang bisa kami pelajari dari satu sama lain, misalnya Asri yang kurang pengetahuannya tentang Jira, bisa bertanya ke Ragil yang lebih tau tentang Jira, dan mungkin ada beberapa hal yang Ragil bisa konsultasikan ke Asri.

  Lalu saya sendiri banyak belajar dari Asri yang pengalamannya sudah sangat panjang, biasanya tentang cara menghadapi suatu situasi dan Scrum best practice. Dari Ragil terutama tentang technical skills. Dari Rahman tentang bagaimana bisa tetap tenang dalam tekanan. Dan dari Siska tentang transisi dari engineer ke Scrum Master. 🙂

  Kami punya satu event di Jenius untuk saling mencurahkan pikiran yaitu Scrum Master Biweekly Class, di situ kami bisa bertukar pendapat mengenai apa pun.

  Terima kasih.

  <p>Hi Kak Zapikoe,</p> <p>Sebagai Scrum Master, tentunya kami harus <em>Continous Learning</em> juga. Ada banyak hal yang bisa kami pelajari dari satu sama lain, misalnya Asri yang kurang pengetahuannya tentang Jira, bisa bertanya ke Ragil yang lebih tau tentang Jira, dan mungkin ada beberapa hal yang Ragil bisa konsultasikan ke Asri.</p> <p>Lalu saya sendiri banyak belajar dari Asri yang pengalamannya sudah sangat panjang, biasanya tentang cara menghadapi suatu situasi dan Scrum <em>best practice</em>. Dari Ragil terutama tentang <em>technical skills</em>. Dari Rahman tentang bagaimana bisa tetap tenang dalam tekanan. Dan dari Siska tentang transisi dari engineer ke Scrum Master. 🙂</p> <p>Kami punya satu event di Jenius untuk saling mencurahkan pikiran yaitu Scrum Master Biweekly Class, di situ kami bisa bertukar pendapat mengenai apa pun.</p> <p>Terima kasih.</p>

  04 October, 2019 Like ( 1 )