Berbeda dengan kebutuhan lain, pendidikan anak tidak bisa ditunda. Saat si kecil sudah waktunya masuk Sekolah Dasar (SD) tentu sebagai orang kita sudah harus siap membiayai keperluannya. Sayangnya, masih banyak yang belum menyiapkan dana pendidikan anak sejak awal. Ketika tahun ajaran baru akan segera dimulai orang tua baru mengumpulkan dana tersebut. Mengambil pinjaman memang sah saja, tapi besar bunga pinjaman itu gak kecil.
Bila direncanakan sejak dini bahkan sejak si kecil lahir, tentu orang tua tidak perlu sampai mengambil pinjaman. Lalu bagaimana merencanakan dana tersebut dengan tepat? Jenius berkolaborasi dengan MauBelajarApa menghadirkan workshop: How to Plan Education Funds bersama Budi Raharjo, Certified Financial Planner, OneShildt Financial Planning dan Putri Siti Ratih, Digital Banking Product Specialist, Jenius.
Workshop yang berlangsung tanggal 29 Juli lalu di Jenius Co.Create Space, The Goods Café Street Gallery ini dibuka dengan sharing pengalaman dari para peserta. Budi menyebutkan bahwa akan selalu ada fase di mana hidup dan kondisi keuangan tidak berjalan sesuai harapan. Meski diatur dan dikelola sedemikian rupa, kendala pasti tetap ada, terutama finansial. Namun, hal tersebut wajar terjadi.
“Itulah gunanya financial planning, memastikan kondisi keuangan lebih stabil pada setiap fase kehidupan. Agar kita terus bisa mandiri secara finansial”
Dalam setiap workshop finansial Budi selalu menekankan pentingnya mengelola cashflow. Untuk bisa merencanakan keuangan, terutama dana pendidikan anak, orang tua harus tau kondisi keuangan saat ini, surplus atau defisit. Bila pengeluaran masih lebih besar, Budi menyarankan untuk menghilangkan, mengurangi, atau mengganti pengeluaran yang kurang penting. Misalnya mengurangi frekuensi traveling keluarga atau menggantinya ke destinasi liburan yang lebih dekat dan murah.
Budi menjelaskan pentingnya mengelola cashflow dalam perencanaan keuangan.
Menghitung dana pendidikan masa depan
Bila cashflow sudah surplus, baru kemudian merencanakan dana pendidikan anak. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah menentukan sekolah tujuan dan biaya perkiraan yang dibutuhkan. Sekolah tujuan ini juga harus disesuaikan dengan kemampuan. “Jangan sampai bisa bayar uang masuk tapi gak mampu bayar uang SPP bulanannya,” ujar Budi.
Mengenai biaya pendidikan, perhatikan pula tingkat inflasi dan kenaikan biaya tiap tahun. Budi memberikan simulasi perhitungan biaya masuk kuliah saat ini, misal Rp80juta. Sedangkan 18 tahun lagi, dengan tingkat inflasi 5-10 persen, uang masuk tersebut menjadi Rp440juta. Untuk mencapai jumlah tersebut, setidaknya orang tau harus menyisihkan Rp1,8juta per bulan. Jumlah tersebut tentu bisa lebih kecil dengan berinvestasi, yaitu menjadi Rp400ribu per bulan.
Budi memberikan simulasi perhitungan dana pendidikan anak.
Memang lebih kecil secara angka, namun dibandingkan dengan tabungan, investasi tidak bisa lepas dari risiko.
“Kalau ingin mendapatkan high return di investasi, risikonya juga akan naik”
Bila saat ini usia anak masih 5 tahun, untuk pendidikan jangka panjang seperti kuliah, investasi memang cara yang tepat. Namun untuk pendidikan jangka pendek seperti Sekolah Dasar cukup dengan menabung saja. Sebab investasi tidak bisa untuk tujuan jangka pendek, risikonya terlalu tinggi. Terutama investasi di bidang properti yang tingkat likuiditasnya rendah. Poin paling penting menurut Budi adalah mulai sedini mungkin.
“Begitu anak lahir, berapa pun jumlah yang bisa disisihkan langsung ditabung”
Memisahkan tabungan pendidikan
Bila sudah mengetahui total dana pendidikan yang ingin dicapai, langkah selanjutnya adalah dengan memisahkan dana tersebut di rekening terpisah. Pemisahan ini guna menghindari kemungkinan dana tersebut tercampur dengan pengeluaran lain. Selain tercampur, akan sulit pula untuk dikontrol. Menurut Budi, setidaknya harus ada minimum 3 rekening berbeda. Pertama rekening penampung, yaitu rekening masuknya gaji dan pengeluaran bulanan. Kedua rekening untuk pengeluaran tahunan dan ketiga rekening untuk keperluan khusus, seperti dana pendidikan. Jadi, orang tua gak perlu khawatir kalau dana pendidikan terpakai untuk pengeluaran lain.
Putri memberikan simulasi penggunaan Maxi Saver untuk dana pendidikan anak.
Memiliki rekening terpisah, gak selalu berarti kamu harus membuka rekening baru di bank. Di Jenius, kamu bisa memisahkah masing-masing pengeluaran di setiap x-Card berbeda. Untuk dana pendidikan, kamu bisa memanfaatkan Maxi Saver. Seperti yang disimulasikan oleh Putri Siti Ratih saat workshop. Untuk biaya masuk sekolah dasar tahun ini berkisar Rp20juta, 2 tahun lagi dengan tingkat inflasi 5-10 persen per tahun, biaya masuk tersebut menjadi Rp29juta. Bila menabung dengan Dream Saver selama dua tahun, kamu hanya perlu menabung Rp538ribu setiap bulan. Jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan pinjaman KTA, kamu harus mencicil Rp2,6juta per bulan untuk pinjaman setahun dan Rp1,4juta per bulan untuk cicilan dua tahun.
Perbedaan yang cukup jauh bukan? Jadi sebaiknya mulai rencanakan dan sisihkan dana pendidikan anak sedini mungkin.
Kalau kamu punya cerita menarik seputar perencanaan dana pendidikan, yuk sharing bersama Co.Creators lain di forum diskusi Co.Create. Atau, bila kamu punya ide untuk event selanjutnya, submit ide kamu di sini.
Comments ( 0 )