Setiap manusia di dunia ini pasti pernah melalui hari yang berat atau menghadapi masalah yang tidak mudah. Masalah tersebut datang bersamaan dengan rasa cemas, kekhawatiran, kesedihan yang mendalam, rasa panik dan masih banyak lagi.
Saat kita berada dalam posisi tersebut, apa yang sebaiknya kita lakukan? Cara yang paling mudah adalah menyalahkan sesuatu, keadaan, orang lain, atau bahkan diri sendiri. Namun apakah tindakan itu benar? Apa yang harus kita lakukan untuk mengubah semuanya menjadi lebih baik?
Para peserta workshop “It’s Okay to Not be Okay” oleh Susan Hartono. Sumber: Paprika Living.
Hal inilah yang dibahas dalam workshop “It’s Okay to Not be Okay” bersama Susan Hartono, Co-Founder Self Awareness Network (SAN). Acara hasil kolaborasi Jenius Co.Create bersama Paprika Living ini diadakan pekan lalu, 24 Februari 2018 di Street Gallery PIM 3.
Materi yang Susan bahas berangkat dari masalah-masalah yang klien ajukan kepadanya. Ia melihat bahwa masih banyak orang yang sulit menerima emosi yang tengah mereka rasakan. Ia menjelaskan bahwa sudah waktunya bagi kita untuk bisa menerima bentuk emosi yang kita rasakan tadi sebagai bagian dari diri kita sebagai manusia dan mengetahui langkah-langkah untuk mulai melakukan hal tersebut. Untuk itulah workshop ini diadakan.
Susan memulainya dengan sangat menarik, ia menanyakan kabar masing-masing peserta hari itu. Banyak di antaranya yang mengakui sedang mengalami bad day dan Susan pun mengatakan bahwa ia tidak selalu mengalami hari yang menyenangkan. Namun sebagai manusia, hal pertama yang perlu dilakukan adalah menerima atau acceptance.
Banyak dari kita yang salah memahami konsep acceptance ini dan menghubungkannya dengan sikap pasrah atau menyerah. Padahal menurut Susan, menerima bukan berarti menyerah begitu saja dan enggan bergerak untuk mengubahnya, melainkan mengakui bahwa kita tidak akan memungkiri, menghindari atau membohongi diri sendiri. “When we accept something, we just don’t deny it,” tegasnya.
Sikap menerima ini, terutama saat melalui keadaan yang sulit, berpengaruh pada fase setelahnya, yaitu healing. Semakin cepat kita bisa menerima keadaan, semakin cepat luka atau rasa sakit itu sembuh, semakin cepat pula proses move on. Ia pun menekankan kembali bahwa mengakui dan menerima emosi bukan berarti pribadi tersebut lemah. Sebaliknya, jika kita menyangkal atau menolak emosi tersebut berarti kita telah menolak menjadi manusia.
Susan tengah mempraktikkan salah satu teknik self-healing. Sumber: Paprika Living.
Tidak hanya dibekali dengan konsep acceptance, para peserta juga diajak untuk melakukan teknik self-healing dan self-loving di sesi kedua. Teknik ini bisa dilakukan sehari-hari, kapan saja dan di mana saja. Tujuan dari teknik ini adalah untuk memperbaiki energi, sebab ketika energi kita baik maka kita akan lebih tenang dan semuanya akan lebih mudah. Teknik tersebut terdiri dari teknik memusatkan diri, pernapasan, grounding, dan centering. Dua teknik terakhir merupakan yang paling menarik. Peserta diajak untuk berimajinasi, membayangkan diri mereka terhubung dengan perut Bumi. Susan mengajak peserta untuk membuang semua energi negatif ke bawah, yaitu Bumi dan menyerap energi positif dari atas yang berasal dari alam.
Para peserta dipandu oleh Susan melakukan gerakan untuk mengatur pernafasan. Sumber: Paprika Living.
Secara keseluruhan, bisa dibilang workshop kali ini sangat interaktif. Para peserta aktif bertanya dan tidak sungkan untuk mengikuti teknik-teknik yang diajari oleh Susan. Bahkan salah satu peserta bernama Nila mengatakan teknik self-healing sangat membantunya mengontrol emosi dan stres dalam diri. Sementara Kenya yang memang sedari dulu tertarik dengan self-development mengaku bahwa setelah mengikuti workshop, ia menjadi lebih mengenal dirinya sendiri. “Workshop tadi sangat membuka awareness kita untuk bisa menerima diri sendiri, karena sebelum kita bisa mencintai diri sendiri kita harus menerima apa pun yang ada dalam diri kita, termasuk emosi. Workshop tadi membantuku untuk mengontrol diri sehingga gak gampang terpengaruh dari luar,” tandasnya.
Bunga Sirait, Founder Paprika Living juga mengaku senang workshop ini bisa terselenggara dan diapresiasi dengan sangat baik oleh para peserta. “Kami ingin lebih banyak menyampaikan pengetahuan tentang kesehatan. Informasi seperti ini seringnya terbenam oleh pesan-pesan kesehatan komersial yang ujungnya bukan pengetahuan, tapi ingin menjual sesuatu” tambahnya.
Nah, bila kamu setuju dengan Bunga dan ingin berkolaborasi dengan Jenius seperti Paprika Living, usulkan idemu dengan mendaftarkan diri sebagai Co.Creator di sini![/vc_column_text][norebro_social_networks icon_layout=”outline” small_shapes=”1″ pinterest=”0″ vk=”0″ appearance_effect=”fade-down”][/vc_column][/vc_row]
Comments ( 0 )