Conferences di CCW2021 salah satu paling menarik sih. Topiknya menarik2 dannn gagal fokus sama tempat2nya di video hahaha bagus2
Buat kamu yang pantengin Jenius Co.Creation Week 2021, pasti sadar ada yang berbeda dengan konsep Jenius Conference kali ini. Yup, videonya mengutamakan suasana rekreasi di tempat wisata dengan format ngobrol ringan, sampai-sampai kamu ngerasa ikut liburan sejenak meski hanya dari layar laptop atau HP.
Kalau kamu cuma nonton beberapa video karena cuma beberapa topik yang relate sama kamu, dalam kesempatan ini Tim Jenius Co.Create mau kasih rangkuman yang bikin kamu terpicu buat nonton video konferensi lainnya nih. Yuk simak!
1. Born Activist: Dealing with the Eco-anxious Generation
Dalam video konferensi ini, Kak Melati Riyanto Wijsen mengaku bahwa sejak berumur 12 tahun dirinya merasa tergerak melakukan aksi yang berdampak karena dia melihat perubahan iklim yang bikin cemas. Saat itu, dia gak tau cara “memulai” aksinya.
Di situlah akhirnya Kak Melati mulai membangun YOUTHTOPIA dan Bye Bye Plastic Bags. Harapannya, dia ingin bikin ruang buat anak-anak muda yang ingin melakukan aksi nyata dan menginspirasi mereka buat lebih serius.
Dari pengalamannya, Kak Melati pun bilang satu pelajaran yang penting untuk melakukan sebuah aksi berdampak nyata: bikin teamwork. Baginya, apa pun ide yang kamu punya, kamu gak bakal bisa implementasikan kalau kamu sendirian. Makanya, kolaborasi maupun partnership adalah hal penting.
Dalam video ini, ada banyak inspirasi yang bisa kamu temukan. Jadi, daripada setengah-setengah dapetin infonya, langsung aja klik di sini buat tonton videonya!
2. Re.Creating to Co-Create: Humanizing Life Finance
Topik ini tentu udah mendarah daging buat kalian–para Co.Creators! Bareng Pak Irwan S. Tisnabudi (Digital Banking Head Bank SMBC Indonesia), Mas Waasi Sumintardja (Digital Banking Business Product Head SMBC Indonesia), dan Kak Wahyu Pratomo (Co.Creator) bakal bahas secara detail proses kokreasi yang melahirkan inovasi di Jenius.
Jenius selalu mengedepankan kebutuhan para penggunanya, maka memang sejak awal melibatkan mereka buat kasih masukan fitur apa yang bisa dibuat. Mas Waasi pun menganalogikan bahwa teman Jenius dan Co.Creator adalah klien dan Jenius adalah “vendor” yang menyediakan fitur-fitur tersebut. Benar juga, ya. Ini juga yang jadi alasan Kak Wahyu selalu ikut rangkaian acara Co.Create–mirip-mirip deh kayak kamu, hehe!
Ngomongin soal proses kokreasi, sebenarnya pandemi memang bikin ruang terbatas tapi menurut Pak Irwan, hal tersebut gak menyurutkan semangat berkokreasi. Justru perubahan ini–dari online ke offline–yang bikin lebih efisien karena para Co.Creator bisa ikutan tanpa terhalang jarak.
Terus, yang paling bikin kepo… dalam video ini bakal dibocorin fitur terbaru Jenius yang bakalan launching! Sedikit bocoran, fitur ini sering banget di-submit di Jenius Ideas. Daripada nebak-nebak, sekalian dengerin proses kokreasi di Jenius, langsung aja kepoin virtual conference-nya di sini.
3. The Social Engineering Dilemma of Data Privacy
Topik ini kayaknya nyaris sudah hafal di luar kepala ya, soalnya Jenius dan Co.Create sering banget bahas akan kejahatan rekayasa sosial ini. Tapi, di konferensi virtual ini bahasannya lebih detail dan mendalam, bareng Mas Fajar Jaman (CEO IYKRA & Chief Strategy KORSANTEX).
Video dibuka dengan pembahasan data pribadi yang suka bocor, dengan kasus saat seseorang mengisi nama, e-mail, dan nomor HP di sebuah restoran lalu malah ditelepon sama restoran lainnya untuk dapetin promo. Ini yang bikin jadi dilema. Niatnya mau buat validasi data, kok malah “bocor”.
Menurut Mas Fajar, hal ini punya dua konteks: data privacy dan security issue. Data privacy berkaitan jika restoran yang meminta data yang kasih ke luar. Sementara data security terkait jika ada attacking dari pihak luar.
Wah, di sini kamu bakal dapet insight mendalam terkait data privacy, bahkan dibahas juga soal regulasi Indonesia terkait data pribadi. Mau gali lebih dalam lagi? Langsung klik di sini buat tonton, ya!
4. Recreating the Way We Work
Sejak pandemi terjadi, banyak banget kantor yang menerapkan work from home. Karena terbiasa kerja dari rumah, ternyata ada lho kantor yang akhirnya menerapkan sistem work from anywhere (WFA) secara permanen, yaitu eFishery! Nah, Kak Chrisna Aditya (Chief of Staff & Co-founder of eFishery) bakal bahas nih terkait WFA!
Menurut Kak Chrisna, eFishery menerapkan sistem WFH sejak pandemi, tapi baru beberapa bulan lalu menetapkan sistem kerja WFA secara permanen dan resmi. Dengan sistem kerja ini menurutnya membangun iklim kerja sehat: seimbang dan terintegrasi antara kita sebagai profesional maupun kita sebagai individu.
Memang sih, banyak yang salah kaprah dengan sistem WFA ini, soalnya banyak yang berpikir karena kerja di mana aja malah liburan, atau justru karena di rumah jadi semena-mena meeting terus. Gak gitu, ya! Justru dengan WFA bisa balance; kerjaan beres dan tetap happy.
Kak Chrisna pun berpendapat bisnisnya justru bertumbuh 4 kali lipat dengan penerapan sistem WFA. Gak heran sih, soalnya dari segi bisnis, kantornya bisa hire SDM dari mana saja tanpa hambatan harus di Jakarta dan of course bisa kerja di mana pun kamu mau.
Buat kamu yang kantornya lagi mempertimbangkan menerapkan sistem WFA secara permanen, wajib banget tonton virtual conference-nya di sini karena Kak Chrisna kasih bocoran apa saja yang perlu diperhatikan untuk pengimplementasiannya.
5. Recreating The Art Ecosystem: The NFT Story
NFT (non-fungible token) sekarang makin populer. Buat Kak Teguh Kurniawan Harmanda (COO Tokocrypto) yang bikin aset digital ini nge-hype adalah keunikannya–di luar dari seniman Indonesia yang NFT-nya terjual 8,9 miliar–yang mana terekam di blockchain.
Sebenarnya bukan cuma di Indonesia, tapi secara global NFT juga berpengaruh lho. Pertama, karya NFT bisa dilihat dan terekspos secara global tanpa adanya hambatan jarak. Kedua, masih terkait jarak, adalah biaya logistik yang mahal jika konvensional dan NFT menawarkan kemudahan dengan digital.
Ketiga, perlindungan hak cipta karena NFT sendiri terekam blockchain dan seorang artis bisa mendapat royalti jika pindah tangan. Terakhir, gak diperlukan middleman sebagaimana seorang pelukis butuh bayar galeri; exposure-nya justru ada di NFT itu sendiri sebagai platform.
Dari sisi seniman maupun dari sisi kolektor (ataupun investor) NFT adalah platform menarik karena merupakan bagian dari aset crypto yang mana pasarnya sudah luas.
Buat kamu yang ingin berkarya digital dalam NFT ataupun kamu yang mulai berinvestasi di sana, video ini wajib banget ditonton. Psst… dikasih tau juga lho tips buat kamu yang baru mau mulai investasi di platform tersebut!
Nah, gimana? Kisi-kisi konferensi di atas inspiring banget, kan? Makanya, tonton semuanya biar makin update dengan perkembangan sekarang. Kapan lagi bisa dapet inspirasi sambil lihat pemandangan Bali yang bikin kamu seolah lagi rekreasi? Langsung melipir ke Jenius Conference! By the way, video mana yang paling favorit buat kamu? Tulis di kolom komentar, ya!
Comments ( 1 )