Kemal, seorang Co.Creator, hidup sebatang kara: orang tuanya meninggal, begitu pula kakak-kakaknya. Awalnya dia pikir dia bisa pakai warisan orang tua, tapi ternyata warisan itu sudah dipakai kakaknya untuk melunasi utang.
Meski bekerja di startup company, pengeluaran Kemal cukup banyak karena hidup di perantauan dan masih indekos di Tangerang padahal kantornya di Jakarta. Hal ini dia lakukan karena masih berlaku sistem work from home (WFH).
Belum sampai di situ, dia pernah gagal menikah karena si calon merasa Kemal terlalu lama “mengumpulkan” uang.
Baca juga: Keuangan dalam Pernikahan Perlu Strategi
Bingung dengan tujuan finansial
Hal-hal di atas bikin Kemal punya rasa trauma. Di sisi lain dia juga paham pentingnya darurat dan merasa butuh beli beberapa barang untuk menunjang pekerjaannya, serta kemungkinan beli hunian.
Pusing, kan? Tapi akhirnya Kemal tercerahkan setelah ikut Jenius Financial Workshop Co.Creation Week 2021 karena dapat pencerahan dari QM Financial. Mau tau apa yang harus Kemal lakukan?
Baca juga: Berencana Beli Hunian Pertama? Ikuti Langkah-Langkah Ini
Menentukan prioritas tujuan finansial
Kemal tampak belum tau prioritas tujuan finansial. Meski demikian, setelah dicek cash flow-nya termasuk bagus karena gak punya utang.
Rasio menabungnya yang tinggi bisa Kemal sisihkan (60% dari pendapatan) untuk beberapa alokasi tujuan finansial. Namun, bagaimanapun Kemal mesti punya dana darurat.
Tabungan untuk menikah dikesampingkan dulu karena Kemal belum punya dana darurat. Jadi, tabungan itu bisa dimulai ketika dana darurat Kemal sudah tercukupi.
Baca juga: Hal yang Wajib Kamu Tau untuk Mulai Berinvestasi
Skenario menabung Kemal
Dari porsi menabung Kemal, bisa dibagi jadi 3 pos, di antaranya adalah:
- Menambah dana darurat 3x (tiga kali) pengeluaran bulanan. Bisa ditargetkan, misalnya tercapai dalam 15 bulan.
- Dana persiapan pensiun. Dengan pengalaman yang Kemal miliki, setidaknya dia mesti punya dana ketika dia pensiun.
- Tabungan untuk beli laptop baru dengan spek sesuai kebutuhan pekerjaannya. Bisa ditargetkan, misalnya terkumpul dalam 7 bulan.
Baca juga: Berutang: Bagian Rencana Keuangan yang Perlu Perhatian Ekstra
Jika 3 pos di atas sudah terpenuhi, atau ada sisa dalam pemenuhan 3 pos di atas, Kemal bisa mempertimbangkan cicilan hunian (apartemen) dengan skema 15-20 tahun.
Selain itu, perlu dipertimbangkan apakah hunian tersebut bakal disewakan dan Kemal masih indekos, atau dihuni.
Kalau tetap indekos dan kepingin hunian tersebut disewakan, Kemal harus membeli sepeda motor dengan pertimbangan mobilitas Tangerang-Jakarta. Atau opsi lain pindah indekos di Jakarta tapi akan memakan biaya lebih mahal.
Baca juga: Tips Biar Kamu Gak Impulsif dalam Berbelanja
Mulai mengikuti kelas finansial lanjutan
Dengan adanya banyak tujuan finansial yang ingin dicapai, Kemal bisa mulai mencicil kelas-kelas finansial lanjutan atau membaca hal terkait tujuan finansialnya. Misalnya:
- Kelas investasi untuk diversifikasi instrumen.
- Cara menabung dan mengelola dana pensiun.
- Cara menabung untuk beli hunian utama.
Dengan ikut kelas, Kemal bisa memiliki strategi dan makin paham profil finansialnya. Istilah anak-anak zaman sekarang sih investasi leher ke atas.
Baca juga: Investasi Leher ke Atas
Nah, itu tadi Kemal dan lika-liku finansialnya. Semoga ceritanya bisa jadi pelajaran buat kamu para Co.Creator. Sampai ketemu di Seri Re-kreasi Finansial selanjutnya!
Comments ( 1 )