Kamu pernah gak sih merasa penasaran kenapa para penipu selalu ada hingga saat ini? Dari zaman “Mama minta pulsa” sampai sekarang “Mama minta kode OTP”, kenapa mereka masih terus aja beraksi? Memangnya berapa banyak sih penghasilan yang didapatkan oleh para penipu ini? Buat ngejawab pertanyaan itu, kamu cuma perlu mengakses kredibel.co.id. Setelah buka situs tersebut, kamu bakal melihat lebih dari 200 ribu kasus penipuan yang selama ini dilaporkan oleh pengguna. Selain itu kamu juga bisa melihat bahwa pelaku penipuan telah menghasil lebih dari 300 miliar rupiah sejak 2018 hingga saat ini. Angka yang fantastis banget, kan? Eh, kamu masih heran kenapa penipu masih ada hingga saat ini?
Kalau sebelumnya kamu mungkin hanya tau situs untuk memeriksa data yang bocor adalah HaveIBeenPwned atau periksadata.com, di luar sana ada lagi website yang menampilkan keseluruhan data yang bocor. Jadi, jika periksadata.com hanya menampilkan data kamu bocor di platform mana aja, ada website yang menampilkan data kamu bocor di mana aja berikut semua informasi data kamu yang bocor akan ditampilkan.
Membangun sebuah website seperti itu bukanlah hal yang rumit. Yang perlu dilakukan cuma mengumpulkan seluruh data yang bocor yang tersedia secara gratis di internet, terus dimasukkan ke database. Setelah itu kamu cuma perlu membuat mesin pencari khusus untuk mencari data seseorang.
Penting dibaca: Jenius Aman
Pada dasarnya sih praktik kayak begini sering kali dipakai untuk tujuan penegakan hukum. Namun, karena luasnya akses terhadap data yang bocor tersebut, setiap orang yang memiliki “kemampuan” sangat mudah membuat alat khusus buat mencari data seseorang. Yang kemudian terasa mengerikan, apa yang terjadi kalau data yang bocor ini dimanfaatkan oleh para penjahat atau penipu yang memanfaatkan internet untuk melakukan aksinya?
Sayangnya, yang kamu takuti memang benar terjadi. Banyak masyarakat yang jadi korban penipuan, korban penyalahgunaan identitas, doxxing, dan juga perampasan akun. Bahkan kamu sendiri sudah bisa lihat yang jadi korban adalah orang-orang terdekat kamu.
Dalam penelusuran yang saya lakukan selama ini, banyak banget kejadian kebocoran data, tapi kejadiannya gak tersingkap atau gak ramai dibicarakan. Data yang bocor juga berisi sekumpulan data sensitif kayak informasi rekening, nama ibu kandung, e-mail, dan juga nomor HP. Bayangkan kalau data tersebut dikumpulkan dan sampai ke tangan yang salah, apa yang bakalan terjadi?
Baca juga: Sudah Optimalkah Kamu Memproteksi Akun Jenius Kamu?
Selain yang sudah saya sebutkan di atas, yang sangat mungkin terjadi adalah perampasan akun bank digital. Namun, proses perampasan akun bank digital ini gak bisa dilakukan begitu saja oleh pelaku. Untuk menguasai akun korban, pelaku butuh untuk berinteraksi dengan calon korbannya. Jadi, setelah pelaku memiliki informasi dasar yang dibutuhkan untuk menjebak korban seperti informasi rekening, nama ibu kandung, dan juga nomor HP, pelaku juga harus mendapatkan password, PIN, dan OTP (one-time password) yang bakal digunakan oleh korban.
Oleh karena itu, yang sering kali dilakukan oleh pelaku adalah menghubungi calon korbannya via telepon ataupun chat. Jika korban lengah dan memberikan apa yang diminta oleh pelaku, maka proses perampasan akun bank digital semudah itu untuk dilakukan. Akan tetapi, kalau korban adalah orang yang paham atau bisa mendeteksi penipuan, maka yang terjadi selanjutnya adalah pelaku mungkin dikerjai oleh calon korbannya. Makanya, video seseorang melakukan prank terhadap pelaku penipuan sering kamu temukan di internet.
Pada dasarnya suatu akun bank digital gak semudah itu untuk dibajak atau dirampas secara paksa. Tetap dibutuhkan kelalaian dari korban hingga akhirnya pelaku berhasil melakukan aksinya. Sebaliknya, jika calon korbannya gak gampang ditipu, maka proses tersebut akan terputus dan pelaku penipuan gak bakalan dapat apa pun.
Wajib ditonton: [Webinar Video] Kenalan dengan Sistem Keamanan Aplikasi Digital
Saya sering menyampaikan ketika kamu menerima telepon atau chat dari seseorang yang kamu yakini dia adalah penipu, maka habiskanlah waktu dengannya untuk sekadar menipu sang penipu. Jika kamu bisa menghabiskan waktu 20 menit hingga 1 jam dengan si penipu tersebut, maka kamu telah membantu untuk mengurangi waktu si penipu untuk menipu calon korban selanjutnya. Jika kita melakukan itu, maka kita telah menyelamatkan 1 hingga 5 orang yang bisa menjadi korban penipuan saat itu juga.
Mengedukasi adalah hal yang harus tetap kita lakukan bersama-sama. Semuanya bisa kamu mulai dari orang-orang terdekat. Jika orang-orang terdekat kamu sudah paham bahwa membagikan password dan juga kode OTP ke seseorang adalah adalah sesuatu yang haram dilakukan, maka tugasmu sudah selesai. Selanjutnya jika kamu sudah berhasil mengedukasi orang-orang sekitar, maka kamu bisa memperluas wilayah jangkauan orang-orang yang ingin kamu edukasi.
Baca juga: Anti Tipu-Tipu Club: Angka Keramat yang Mesti Dirahasiakan!
Untuk melakukan itu kamu bisa melakukan di internet menggunakan akun media sosial yang kamu miliki. Seenggaknya itulah yang saya lakukan selama ini. Kalau kamu tertarik untuk terlibat dan mempersulit aksi si penipu, mari ikut bersama saya untuk bersama-sama mengedukasi mereka yang awam. Ingat #DatamuRahasiamu, jangan pernah bagikan password dan juga kode OTP ke siapa pun, termasuk ke pihak bank itu sendiri!
Comments ( 0 )