Halo semua, kenalin saya Stephanny Kodrat. Sudah 29 tahun lahir dan besar di Jakarta sebagai anak bungsu. Flashback dulu ketika saya masih kecil, saya tidak pernah diajari menabung oleh orang tua saya. Pernah sih, tetapi diajari menabung untuk hal konsumtif. Seperti menabung dengan mengumpulkan uang ang pao untuk bisa membeli mainan Polly Pocket yang harganya memang tidak murah pada zamannya. Dan karena saya ini anak bungsu yang selalu dipenuhi kebutuhannya, rasa malas mencari tahu atau berusaha lebih keras, manja dan selalu ingin hal instan, saya belum ada keinginan untuk menabung dan tidak mau mencari tahu sampai tahun lalu.
Sebenarnya saya juga sudah lama mendengar Jenius dari adik ipar saya yang merupakan nasabah lama Jenius, tetapi saya hanya sekadar bertanya saja. Tidak ada tindak lebih lanjut. Sampai pada suatu saat, ketika saya sedang jalan-jalan dengan teman saya di Mal Taman Anggrek, kami dicegat eh maksudnya ditawari untuk membuka tabungan Jenius. Akhirnya saya pikir, mumpung ditawari dan sedang tidak buru-buru, ya sudah dicoba saja deh. Lalu setelah itu apakah saya menabung di Jenius? Tentu tidak! Memang dasar pemalas.
Sampai pada akhirnya saya menonton sharing dari instagram seorang influencer bernama Alodita mengenai financial planning. Bagai mana gaji yang kita dapatkan diatur sedemikian rupa untuk ditabung sebagai dana darurat, traveling, investasi dan lain sebagainya. Saya mulai sadar, bahwa saya harus menabung. Pertanyaannya, di mana? Selama ini saya hanya menabung di 1 rekening Bank. Dan saya tidak suka punya banyak account atau rekening.
Barulah saya teringat. Kenapa saya tidak menabung di Jenius saja? Langsung saya ambil handphone saya dan download aplikasi Jenius (Iya, saya semalas itu. Waktu daftar pertama kali, saya malas download dan mengisi data saya di handphone yang tersedia di booth Jenius). Saya juga langsung menulis proporsi untuk menabung yang saya mampu, berapa yang harus saya sisihkan, berapa biaya hidup yang harus saya tempuh sampai gajian berikutnya. Dan saya langsung menabung di Jenius.
Terima kasih kepada Mba Jenius MTA (demikian saya menyebutnya hahaha) yang sudah menawarkan dan membujuk saya untuk membuka tabungan Jenius. Saya ga tau sampai kapan saya akan punya tabungan kalau waktu itu ga dicegat.
Sekarang saya bahkan punya 2 tabungan Dream Saver, satu untuk mengumpulkan uang pajak mobil tahunan (belajar dari pengalaman waktu ga nabung, bayarnya nyesek). Satu lagi untuk mereparasi tas kulit yang almarhum papa saya belikan untuk mama waktu mereka masih pacaran. Awalnya tas itu mau didonasikan oleh mama saya karena kulitnya sudah keriput. Saya ngotot agar tas itu disimpan saja, tas itu bahkan lebih tua umurnya dari saya. Lalu saya cari tahu mengenai reparasi tas kulit. Dan saya masukkan Dream Saver diam-diam karena biaya untuk mereparasi tasnya menurut saya tidak murah, bahkan sebenarnya bisa untuk beli tas baru. Tapi karena nilai kenangan yang tidak ada gantinya. Balik lagi memang saya gunakan Dream Saver ini untuk hal konsumtif lagi ya hahaha. Nanti setelah tasnya sudah direparasi, akan saya kembalikan ke mama. Tidak sabar melihat senyumnya saat melihat tas itu cantik kembali.
Karena saya juga suka menyebarkan apa yang saya suka ke orang sekitar, otomatis saya juga mengajak suami saya untuk menabung di Jenius. Dan pada awalnya suami pun masih skeptis dengan Jenius. Akhirnya ga lama setelah saya bujuk suami untuk buka tabungan Jenius, tiba-tiba suami mau buka tabungan Jenius. Dan kami jadi kepincut dengan Jenius. Kadang menyesal, kenapa ga dari dulu ya kita mulai nabung pakai Jenius? Hahahaha, namanya juga penyesalan selalu datang belakangan. Lebih baik terlambat bukan, dari pada tidak memulai sama sekali.
Sekarang Jenius merupakan salah satu topik yang kami sukai untuk dibahas di sela pembicaraan kami. Ya, #Hari2Jenius memang benar adanya di hidup kami. Dari kami sebagai pasangan yang selalu happy go lucky, tidak pernah bisa menabung dan tidak terlalu memikirkan masa depan, kami berubah menjadi lebih baik karena Jenius. Terima kasih Jenius untuk kehadiranmu untuk kami para penggapai mimpi. Jenius yang benar-benar jenius.
Comments ( 0 )