Pendidikan merupakan salah satu hal penting. Gak heran, banyak orang yang rela mengejar pendidikan bahkan sampai ke luar negeri. Selain karena universitas di luar negeri punya kualitas yang baik, para mahasiswanya juga berasal dari berbagai negara; sehingga gak hanya belajar, tapi juga bisa memperluas relasi dan mempelajari perspektif baru dari teman-teman.
Hal ini juga dirasakan oleh Anna, salah seorang Co.Creator yang berniat melanjutkan pendidikan dengan jenjang yang lebih tinggi ke luar negeri. Namun, di balik rencana pendidikannya, ia masih bingung terhadap rencana finansial selama pindah dan mengenyam pendidikan di luar negeri.
Maka dari itu, di Co.Creation Week 2022 lalu, Anna sempat berkonsultasi mengenai masalah finansialnya bersama Certified Financial Planner (CFP) dari Oneshildt pada sesi financial workshop.
Dilema Kuliah di Luar Negeri: Antara Biaya Hidup dan KPR
Anna adalah karyawan dengan penghasilan tetap. Saat ini ia sudah menikah dan belum memiliki tanggungan. Ia punya rencana matang mengenai masa depan sehingga Anna berencana ingin melanjutkan pendidikan ke luar negeri.
Saat ini, Anna mengandalkan pemasukan tetap dari kantornya dan sang suami punya pemasukan dari trading mata uang asing. Selain itu, Anna dan sang suami juga punya passive income dari aset investasi yang dimiliki seperti saham, reksa dana, DPLK, dan P2P lending.
Namun di balik income yang didapatkan, kalau Anna pindah ke luar negeri selama masa pendidikan, besar kemungkinan ia akan kehilangan gaji atau pemasukan tetap. Masalahnya, ia dan suami masih punya cicilan KPR yang masih berjalan dan harus dilunasi.
Hal ini membuat Anna masih ragu atas kemampuan finansialnya untuk bertahan hidup selama di luar negeri. Terlebih lagi, biasanya biaya hidup di sana relatif lebih mahal dibandingkan di Indonesia.
Pertanyaannya, apa yang harus Anna lakukan agar bisa kuliah di luar negeri namun masih bisa tetap membiayai kehidupan sehari-hari bersama sang suami selama di sana?
Cara Tepat Menyiapkan Dana untuk Kuliah di Luar Negeri
Setelah melalui tahap diskusi bersama CFP dari OneShildt, Anna mendapatkan insight mengenai hal yang bisa dilakukan untuk bisa kuliah di luar negeri, tapi gak perlu khawatir dengan biaya hidup. Apa saja ya?
1. Hitung kebutuhan dana pendidikan dan biaya hidup
Sebelum memutuskan untuk mendaftar universitas di luar negeri, Anna perlu membuat simulasi kebutuhan dana pendidikan dan juga biaya hidup selama masa tinggal.
Jika Anna akan kuliah selama 2 tahun, maka ia harus menghitung kebutuhan bulanan serinci serinci mungkin sehingga simulasi ini bisa menjadi pegangan atas berapa dana yang perlu disiapkan untuk kuliah dan tinggal di negeri tujuan hingga lulus.
Dalam membuat simulasi, baiknya juga dilengkapi dengan alternatif beasiswa yang bisa didapatkan–baik itu beasiswa fully-funded atau partially-funded. Dengan adanya beasiswa, tentu bisa menambah pemasukan selama kuliah di luar negeri.
Baca juga: Menentukan Tujuan Finansial Buat yang Sudah Berkeluarga
2. Cek dana atau aset yang dimiliki
Karena Anna dan suami sudah punya aset investasi yang cukup banyak, maka mereka membuat catatan mengenai harta kekayaan yang dimiliki saat ini. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi keuangan sehingga tau bagaimana status kekayaaan untuk meraih tujuan finansial.
Dalam kasus Anna, harta kekayaan yang dimiliki bisa digunakan untuk alokasi dana pendidikan dan biaya hidup selama di luar negeri sesuai simulasi kebutuhan yang sudah dihitung sebelumnya.
Namun, jika setelah dihitung tapi dananya masih kurang, Anna dan suami bisa menabung dari surplus bulanan sesuai jangka waktu kapan akan berangkat.
Untuk itu, Anna disarankan mulai menabung deposito karena bunganya yang lebihbmaksimal. Tentu saja hal ini bisa membantu Anna mempercepat tabungan untuk dana pendidikan.
Selain itu, Anna dan suami juga harus cermat mengatur dan menekan pengeluaran bulanan sehingga tabungan bisa lebih cepat tercapai.
Baca juga: Cara Atur Cash Flow saat Kuliah di Luar Negeri
3. Bayar KPR dari passive income
Salah satu keuntungan dari berinvestasi adalah punya passive income yang akan terus mengalir dari aset yang dimiliki. Karena Anna dan suami rajin berinvestasi di berbagai instrumen, maka passive income yang didapatkan bisa dijadikan salah satu sumber pembayaran cicilan KPR.
Selain itu, karena mereka punya rumah di Indonesia yang akan kosong sementara waktu, rumah tersebut bisa disewakan untuk menambah pemasukan bagi biaya hidup Anna dan suami.
Karena pemasukan tetap yang diperoleh Anna akan hilang untuk sementara waktu, jadi punya passive income adalah salah satu alternatif yang tepat untuk kondisi yang dialami oleh mereka. Mereka juga bisa melakukan investasi reksa dana.
Baca juga: Investasi Anti-boncos dengan Money Management
4. Hindari utang
Kuliah di luar negeri memang butuh dana yang gak sedikit, tapi coba usahakan untuk gak membiayai pendidikan dengan utang atau pinjaman.
Kenapa? Karena Anna akan merasa semakin sulit untuk membayar utang yang akan bertambah sedangkan pemasukan tetap dari gaji sedang gak ada. Apalagi Anna dan suami masih punya utang KPR yang harus dilunasi. Jadi, lebih baik jangan menambah utang dan harus cermat untuk menekan pengeluaran.
Baca juga: Investasi yang Gak Bakal Bikin Rugi
Nah, itu tadi kondisi finansial Anna yang mungkin saja relevan bagi sebagian orang. Apakah kamu termasuk salah satunya? Coba share tips hidup selama kuliah di luar negeri di kolom komentar yuk!
Comments ( 0 )